Rentan Alami Konflik Lahan, Pemerintah Wajibkan Perusahaan Membuat peta resolusi konflik

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Konflik lahan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat masih sering terjadi. Seperti baru-baru ini, puluhan orang melakukan penyerangan ke Distrik PT WKS di Batanghari, Provinsi Jambi.

Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Ahmad Bestari mengatakan berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menangani potensi konflik.

Salah satunya dengan melakukan percepatan untuk mencapai target yang telah dicanangkan. Kementerian Kehutanan melalui Dinas Kehutanan mewajibkan setiap perusahan untuk memetakan konflik di wilayah kerja mereka. Hal ini guna menangani dan menyelesaikan konflik sedari dini.

Sementara itu, terkait dengan pelibatan pihak swasta atau perusahaan dalam penanganan konflik, pemerintah mewajibkan perusahaan untuk membuat peta resolusi konflik di area kerjanya.

Kabid PPMHA Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Gushendra mengatakan, perusahaan-perusahaan yang ada harus membentuk tim resolusi konflik yang melibatkan banyak pihak untuk menanganinya.

Dikatakan dia, beberapa perusahaan di Jambi sudah membentuk tim tersebut. Tim yang melibatkan pemerintah, swasta hingga masyarakat.

Sebagai percontohan untuk di Provinsi Jambi ada PT Lestari Asri Jaya (LAJ) dan PT Wanamukti Wisesa. “PT LAJ katakanlah sebagai pilot project Provinsi Jambi untuk penanganan kasus di kawasan hutan izin konsesi,” kata Gushendra.

Di Jambi, kata dia, baru dua perusahaan itu yang sudah terprogres dengan baik. Tim Resolusi Konflik ini melibatkan para pihak yang berkompeten dalam penyelesaian konflik.

KPH, camat, kepala desa, Pemerintah Kabupaten dan NGO. Semua yang berkompeten, stakeholder yang ada di masyarakat yang dianggap bisa menyelesaikan persoalan konflik itu dilibatkan. SK nya itu dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, kata dia menambahkan.

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini