Rehabilitasi Mangrove Dorong Ekonomi Masyarakat Papua Barat

Baca Juga

MATA INDONESIA, MERAUKE – Indonesia punya komitmen terhadap Paris Agreement dalam upaya mitigasi perubahan iklim dunia pada COP26 di Glassgow tahun ini.

Komitmen ini terwujud dalam percepatan rehabilitasi mangrove dengan kondisi kritis.  Mengingat sedang terjadinya pandemi Covid-19, pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove ini menggunakan kerangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Supaya PEN Mangrove ini tepat sasaran, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melibatkan masyarakat lokal secara langsung. BRGM memiliki 9 provinsi target rehabilitasi mangrove, salah satunya adalah  Provinsi Papua Barat.

Di wilayah ini, pelaksanaan rehabilitasi mangrove dikerjakan BRGM bersama Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Remu Ransiki.

Sejauh ini, sekitar 80 persen  dari target seluas 1.500 ha penanaman bibit mangrove tahun 2021 telah rampung.  Dua dari 37 kelompok yang telah menyelesaikan penanaman bibit mangrove adalah Kelompok Masyarakat (Pokmas) Usuly, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong dan Kelompok Tani Awandaroi di Kampung Masina, Distrik Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.

Agung Rusdiyatmoko, Kepala Kelompok Kerja Rehabilitasi Mangrove Wilayah Kalimantan dan Papua BGRM dalam keterangannya mengatakan setidaknya ada dua dampak yaitu memulihkan ekologi mangrove agar tidak ada kerusakan kembali dan memberikan dampak ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) Usuly, Ninrrod Keramu mengatakan pihaknya  melakukan penanaman bibit mangrove seluas 120 ha. Program penanaman mangrove ini, tutur Ninrrod, telah membantu perekonomian 89 anggota kelompoknya. ”Program penanaman mangrove BRGM itu membantu ekonomi kami, uang yang kami terima, kami gunakan untuk membeli alat untuk mencari ikan, beli motor untuk transportasi dan penuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Ninrrod.

Linda Wonopka selaku Anggota Kelompok Tani Awandaroi berterima kasih telah terlibat dalam penanaman bibit mangrove seluas 50 ha yang telah membantu perekonomian 40 anggota kelompoknya ini.

Rehabilitasi melalui penanaman bibit mangrove ini, seyogyanya adalah untuk mengembalikan fungsi ekologi mangrove. Salah satunya untuk mencegah terjadinya abrasi, intrusi air laut dan tempat pemijahan biota laut. Rehabilitasi mangrove juga sebagai upaya untuk mempertahankan dan melindungi bentang alam nasional. Terutama di kepulauan terluar Indonesia.

Namun, upaya rehabilitasi ini tidak akan membawa dampak perubahan yang signifikan apabila warga masih melakukan penebangan pohon mangrove dan mengambil batu karang. Pasalnya, menurut penuturan Ninrrod Keramu, warga di wilayahnya mayoritas hidup dari menebang kayu mangrove dan mengambil batu karang.  “Mereka itu sudah tidak bisa tebang mangrove lagi karena ada larangan. Warga perlu mendapat bantuan supaya tahun depan tidak ada penebangan kembali. Dan tidak lagi bergantung pada praktik yang merusak ekosistem mangrove,” ujar Ninrrod.

Untungnya, program rehabilitasi mangrove BRGM ini mendapat sambutan antusias oleh warga di wilayahnya. Keantusiasan ini terlihat dari gotong royong warga yang ikut dalam menyelesaikan kendala ketersediaan bibit.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jaga Demokrasi Pilkada Papua, Pemerintah Antisipasi Gangguan OPM

PAPUA — Pemerintah dan aparat keamanan berkomitmen kuat untuk menjaga keamanan dan stabilitas demi kelancaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)...
- Advertisement -

Baca berita yang ini