Rabu Sore, Rupiah Tersungkur di Hadapan Dolar AS

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat ditutup melemah pada akhir perdagangan Selasa 25 September 2019. Rupiah melemah 0,26 persen ke level Rp 14.150 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah hari ini di posisi Rp 14.134 per dolar AS, melemah dari posisi kemarin Rp 14.099 per dolar AS.

Sesuai data RTI Business hingga pukul 16.06 WIB, mata uang negara-negara Asia juga bergerak melemah terhadap dolar AS. Yuan Tiongkok melemah 0,14 persen. Dolar Singapura melemah 0,17 persen. Yen Jepang melemah 0,21 persen.

Sedangkan mata uang negara maju seperti dolar Australia melemah 0,32 persen. Poundsterling Melemah 0,50 persen. Euro melemah 0,16 persen.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut. Pertama, Presiden AS sedang mendapat dorongan pemakzulan dari DPR AS.

DPR akan melakukan penyelidikan formal apakah Trump harus dimakzulkan, apakah tindakan yang diambil oleh presiden Trump telah serius melanggar Konstitusi.

“Trump dicurigai meminta bantuan Ukraina untuk mencoreng saingannya yakni mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, sebagai calon presiden yang paling terdepan dari Partai Demokrat untuk Pemilu tahun 2020 mendatang,” kata dia.

Kedua, di tengah perseteruan politik di dalam negeri, retorika Trump tentang China berubah ketika ia menyampaikan teguran keras terhadap praktik perdagangan Beijing di Sidang Umum PBB. Trump mengatakan tidak akan menerima ‘kesepakatan buruk’ dalam negosiasi perdagangan AS-China.

Ketiga, data kepercayaan konsumen AS mencatat penurunan terbesar dalam sembilan bulan pada September, jauh lebih dari yang diperkirakan.

“Ini dianggap sebagai kejutan besar yang dapat mengesampingkan ekspansi ekonomi yang bergantung pada belanja konsumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS. Kabar yang tidak disukai tentang optimisme konsumen ini adalah perkembangan baru mengejutkan, yang bisa membawa lebih banyak penurunan suku bunga sebelum tahun ini oleh Federal Reserve,” ujar Ibrahim.

Keempat, adanya potensi resesi di Eropa. Para pengamat sepakat resesi mungkin lebih rentan terjadi di zona Eropa. Resesi adalah kontraksi atau pertumbuhan negatif dalam dua kuartal dalam satu tahun yang sama.

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini