Puncak Penularan Covid India Baru Tercapai Pertengahan Mei, Angkanya 440 Ribu Kasus

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dengan angka penularan 330 ribu per hari pada 26 April 2021, gelombang kedua Pandemi Covid19 India belum mencapai puncaknya. Diperkirakan puncak itu akan tercapai minggu depan dengan angka penularan 440 ribu per hari.

Itu adalah prediksi ilmuwan Indian Institute of Technology yang mencengangkan masyarakat luas.

Angka itu bahkan melewati catatan tertinggi di dunia sebelum ini sebesar 300.669 yang terjadi di Amerika Serikat pada 8 Januari 2021, dan 15 kali lebih tinggi dari rata-rata kasus baru di Indonesia.

Begitu juga dengan kematian akibat Covid19 saat ini yang menurut statistik Johns Hopkins University rata-rata mencapai 2.481 orang per hari. Jauh di atas rata-rata angka Amerika Serikat yaitu 706 kematian per hari.

Angka-angka itu sangat mengejutkan karena dua bulan lalu India sudah menyatakan berhasil menekan Covid19 di mana jumlah kasus menurun 90 persen dari puncak gelombang pertama pandemi September tahun lalu yang angkanya sekitar 100 ribu -an kasus per hari.

Kini, India menjadi negara dengan situasi pandemi terburuk di dunia. Salah satunya tergambar dari banjir pesan pertolongan di media sosial, mulai dari pasien dan pengelola rumah sakit yang menjerit kekurangan pasokan oksigen, sampai dokter yang tanpa daya menyaksikan pasien meregang nyawa karena rumah sakit sudah tak mampu menanggung beban yang kian besar.

Tempat-tempat pembakaran mayat kewalahan karena harus bekerja sepanjang waktu sampai-sampai tungku pembakaran mayat meleleh oleh penggunaan yang melebihi kapasitas.

Ini semua gara-gara virus yang menyebar jauh lebih cepat, padahal tingkat infeksi yang tinggi di kota-kota besar sebelum itu seharusnya memberikan imunitas alami pada bagian besar warga.

Saat ini negara-negara maju pun harus turun tangan langsung membantu India mengatasi situasi mengerikan tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Swasembada Pangan dan Energi Jadi Pilar Kedaulatan Ekonomi Nasional

Indonesia menempatkan swasembada pangan dan energi sebagai prioritas utama dalam strategi pembangunan nasional. Langkah ini bukan sekadar ambisi politik, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan dukungan geografis yang strategis, Indonesia memiliki modal kuat untuk mewujudkan cita-cita besar ini. Dalam evaluasi enam bulan awal kepemimpinannya, Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian luar biasa di sektor pangan dan energi nasional. Hasil produksi pangan telah berhasil melebihi proyeksi awal dengan capaian bersejarah berupa stok beras dan jagung terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Sementara itu, di sektor energi, peresmian operasional perdana sumur Forel dan Terubuk di wilayah Natuna berhasil menambah kapasitas produksi sebesar 20 ribubarrel minyak dan 60 juta standar kaki kubik gas harian. Prestasi ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas nyata untuk mencapai kemandirian di kedua sektorvital tersebut. Konsep swasembada yang sesungguhnya tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhandomestik semata. Seperti yang ditegaskan ekonom INDEF Muhammad Rizal Taufikurahman, swasembada berarti kemampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menghasilkan surplus untuk ekspor. Definisi ini menempatkan Indonesia tidakhanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan eksportir yang mampuberkontribusi pada pasokan global. Sektor pertanian telah membuktikan perannya sebagai tulang punggung ekonominasional. Sektor ini menjadi penyangga stabilitas sosial ekonomi masyarakat. Kontribusinya terhadap PDB menunjukkan bahwa investasi pada sektor ini akanmemberikan dampak berganda yang signifikan. Ketika produktivitas pertanianmeningkat, efeknya akan merambat ke sektor-sektor lain, menciptakan ekosistemekonomi yang lebih kuat dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini