MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia harus meluaskan jaringan peneliti kepala sawit kepada para koleganya di luar negeri dan mengajak mereka melakukan penelitian sawitdi di Indonesia sehingga dunia tahu bahwa pengelolaan sawit kita sangat memperhatikan lingkungan hidup dan berkelanjutan. Dengan kata lain kita harus menjalankan diplomasi akademik.
Pernyataan itu diungkapkan peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah saat berbincang dengan Mata Milenial Indonesia TV, yang dilihat Senin 19 Juli 2021.
“Itu adalah diplomasi akademik untuk meyakinkan Eropa dan dunia barat bahwa produk kelapa sawit kita secara basis keilmuan tidak merusak lingkungan dan kesehatan,” ujar Rusli.
Hal itu bisa menjadi opsi yang patut dipertimbangkan di tengah gencarnya penolakan sawit Indonesia di Eropa.
Menurut Rusli, masyarakat Eropa sangat mendewakan kebijakan yang berbasis ilmu pengetahuan.
Diplomasi akademik itu juga akan meyakinkan masyarakat Eropa bahwa setifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) bukan retorika belaka.
Apalagi, Swiss yang nota bene negara Eropa ternyata mau menerima produksi sawit Indonesia, setelah duta besar kita berhasil meyakinkan pebisnis di sana.
Masih banyak lagi seluk beluk diplomasi sawit yang bisa kita ketahui dengan menyaksikan Public Diplomacy di akun YouTube, Mata Milenial Indonesia TV berikut;