Jakarta – Pemerintahan Prabowo-Gibran menempatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai salah satu strategi utama dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Program ini diharapkan menjadi investasi jangka panjang yang berkontribusi pada pencapaian Indonesia Emas 2045 dengan memastikan generasi muda memiliki gizi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
MBG merupakan program nasional yang dirancang untuk mencakup seluruh siswa dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), serta ibu hamil dan ibu menyusui.
“Program MBG adalah salah satu program andalan pemerintahan Prabowo-Gibran yang memiliki visi besar dalam pembangunan SDM. Setelah dua periode pemerintahan Presiden Jokowi fokus pada pembangunan infrastruktur, kini saatnya kita melakukan investasi besar dalam kualitas manusia,” ujar Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Ali Khomsan, dala dialog bersama Radio Elshinta.
Sejak diluncurkan, MBG telah menjangkau sekitar 600.000 anak, dan dalam jangka panjang ditargetkan dapat mencakup sekitar 82 juta anak di seluruh Indonesia.
“Meski baru berjalan sekitar dua bulan, berbagai tantangan dalam implementasi program ini terus dicermati agar dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Evaluasi formatif menjadi langkah penting untuk menyempurnakan program sehingga dapat berjalan lebih baik dan tepat sasaran,” katanya.
Salah satu alasan utama pentingnya program ini adalah tingginya angka stunting di Indonesia. Sejak 2019, isu stunting menjadi perhatian nasional yang awalnya berfokus pada balita.
Namun, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, masalah stunting juga ditemukan pada anak usia sekolah. Data menunjukkan bahwa sekitar 18% hingga 23% siswa SD, SMP, dan SMA mengalami kondisi ini.
“Kita selama ini menyoroti stunting pada balita, tetapi faktanya masalah ini masih berlanjut hingga anak memasuki usia sekolah. Padahal, masa sekolah adalah periode pertumbuhan yang masih bisa diintervensi dengan perbaikan gizi,” jelas seorang ahli gizi.
Meskipun efek dari program ini tidak akan terlihat dalam jangka pendek, karena peningkatan tinggi badan dan perbaikan status gizi membutuhkan waktu, evaluasi berkala tetap harus dilakukan.
Dengan begitu, implementasi MBG di lapangan dapat terus diperbaiki agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat luas tanpa banyak kendala. Pemerintah berharap, dengan gizi yang lebih baik, generasi mendatang akan tumbuh lebih sehat dan siap bersaing dalam menghadapi tantangan global.