MATA INDONESIA, JAKARTA-Momentum Presidensi G20 harus mengembangkan pertanian Indonesia mulai dari kedaulatan benih hingga adanya transfer teknologi di agribisnis. Hal itu dikatakan oleh Dosen Manajemen Agribisnis Sekolah Vokasi IPB Prima Gandhi.
Presidensi G20 harus dapat menaikkan derajat petani baik pada skala internasional maupun lokal. “Petani harus menjadi subyek bukan hanya obyek dalam membuat kebijakan pertanian,” katanya.
Prima berharap forum presidensi dapat memastikan kedaulatan benih suatu negara karena merupakan pondasi pembangunan pertanian suatu negara.
“Kedaulatan benih menjadi syarat mutlak apabila tiga isu pertanian dalam G20 hendak terwujud,” katanya.
Menurut dia, kedaulatan benih di Indonesia mulai lemah sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang sistem budidaya tanaman.
“Bisa dikatakan UU No 12 tahun 1999 menjadi pintu masuk liberalisasi benih di Indonesia,” katanya.
Sebelumnya benih yang digunakan merupakan benih produksi petani, perusahaan swasta dan pemerintah. Perusahaan swasta maupun pemerintah mendapatkan hak memproduksi benih berlabel dari negara.
“Jika kedaulatan benih tidak diperkuat, dominasi korporasi multinasional terhadap pasar pada gilirannya akan menyulitkan pencapaian kedaulatan pangan pokok,” katanya.
Prima juga berharap Presidensi G20 Indonesia di bidang pertanian dapat mendorong regenerasi petani lokal dan global. Minimnya ketertarikan terhadap pertanian merupakan salah satu faktor utama penyebab lambatnya regenerasi petani Indonesia.
Persepsi usaha tani masih kurang menguntungkan ditambah citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, kotor, sulit, dan berisiko tinggi harus dapat diubah lewat perhelatan presidensi G20.
“Fakta sektor pertanian menjadi jangkar ekonomi diberbagai negara saat pandemi COVID-19 harus dijadikan pemantik regenerasi petani. Di Indonesia, data time series BPS menunjukkan sepanjang tahun 2021 sektor pertanian menjadi lokomotif ekonomi dengan tumbuh positif di level 1,84 persen. Bahkan diawal tahun Januari 2022, Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami kenaikan yaitu di angka 108,67. Kedua hal ini harus digaungkan,” katanya.
Prima juga menekankan momentum Presidensi G20 Indonesia menjadi kesempatan emas bagi pelaku usaha sektor pertanian dan pangan di Indonesia untuk berpromosi.
“Kurangi konsumsi pangan impor seperti buah-buahan impor. Sebagai contoh praksisnya adalah keberadaan Jeruk Sunkist dalam menu makan, diganti dengan Jeruk Pontianak atau Jeruk Medan,” katanya.
Dia juga menekankan pentingnya terciptanya kesepakatan pertukaran teknologi pertanian baik off farm dan on farm. Pertukaran teknologi dalam sektor pertanian dapat dilakukan melalui employee exchange antar negara G20 dan kerja sama penelitian antar perguruan tinggi pertanian.
Dalam Presidensi G20 sektor pertanian juga diharapkan tercapainya kesepakatan pemulihan sistem pangan. Pemulihan ini diperlukan untuk menjamin agar produksi pangan meningkat dan rantai pasok pangan yang terdisupsi saat pandemi covid-19 kembali normal.