MATA INDONESIA, NAYPYDAW – Pasukan keamanan Myanmar melepaskan tembakan dan menangkap sekitar 30 pengunjuk rasa pada protes anti-kudeta di kota terbesar kedua negara tersebut pada Rabu (12/5) – ketika para pengunjuk rasa terus menentang tindakan keras yang telah berlangsung lebih dari tiga bulan.
Kekacauan meletus di Mandalay –sarang sentimen anti-militer, ketika polisi berpakaian preman muncul dari kendaraan beberapa menit setelah protes. Mereka menembakkan senjata dan memukuli demonstran yang jatuh ketika ratusan orang melarikan diri, menurut empat saksi.
“Tidak ada kata-kata untuk menggambarkan kekejaman mereka. Mereka menggunakan kekuatan besar untuk menindak kami. Lebih dari 10 kendaraan militer memenuhi bangsal kecil itu, mereka memblokir setiap jalan di daerah itu,” kata Aung Pyae Sone Phyo, 21, seorang pemimpin protes, melansir Reuters, Kamis, 13 Mei 2021.
“Kami akan terus melakukan apa yang kami lakukan sampai revolusi kami menang,” sambungnya.
Myanmar telah dicengkeram oleh protes dan kekerasan mematikan sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih pada 1 Februari. Kudeta tersebut menimbulkan luapan kemarahan publik dan kecaman internasional atas tindakan mematikan junta militer.
Banyak demonstran yang mendukung Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), sebuah koalisi anti-junta yang telah menyatakan dirinya sebagai otoritas sah Myanmar dan mendorong keras pengakuan dan dukungan internasional.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa para pejabat AS telah mengadakan percakapan dengan NUG di mana mereka menguraikan visi inklusifnya untuk demokrasi federal yang beragam dan bersatu.
“AS akan terus mendukung semua orang yang bekerja secara damai untuk mengembalikan Burma ke jalur demokrasi dan mendesak militer untuk menghentikan tindakan kekerasannya dan membebaskan semua yang ditahan secara tidak adil,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.