MATA INDONESIA, JAKARTA – Di tengah masih memanasnya konflik Ukraina vs Rusia, terjadinya inflasi Amerika Serikat dan harga komoditas yang menjulang, masih ada kabar baik. Sumbernya laporan IHS Markit yang terbaru.
Dari laporan lembaga yang berkedudukan di London itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami perbaikan tipis menjadi 51,3. Ini pada Maret 2022 dari posisi Februari di level 51,2.
Menurut data IHS Markit yang kini berada di bawah S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia di level itu pada periode Maret tergambarkan dari sisi produksi dan pesanan baru yang terus naik pada bulan lalu. HIS Markit tak memungkiri meski tetap ekpansif, tingkat pertumbuhannya melambat di tengah dampak gangguan terkait pandemi yang masih ada.
Demikian pula dengan permintaan asing yang melambat di tengah laporan hambatan pengiriman. Masih menurut IHS Markit, tingkat ketenagakerjaan naik untuk mendukung kenaikan persyaratan produksi.
Meski hanya marginal, tingkat lapangan kerja meningkat tajam dalam kurun waktu hampir tiga tahun. “Meski kenaikan output dan pesanan baru melambat menghadapi dampak Covid-19 yang masih ada. Kepercayaan bisnis meningkat tajam di antara perusahaan manufaktur di tengah gelombang virus terkini yang mereda. Sangat penting untuk mengamati apakah sentimen positif berarti pertumbuhan produksi yang lebih baik,” kata Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit.
Seiring dengan langkanya peti kemas untuk kepentingan logistik yang mempengaruhi waktu pengiriman dari pemasok menjadi lebih panjang. Ekses berikutnya, masih menurut IHS Markit, PMI Manufaktur Indonesia periode Maret mencatat tekanan harga semakin intensif di seluruh sektor manufaktur Indonesia. Namun, secara keseluruhan, kepercayaan diri bisnis pelaku usaha membaik di tengah harapan kuat akan pemulihan pascapandemi.
Kenaikan berkelanjutan pada aktivitas produksi mengerek pembelian. Ini menyebabkan meningkatnya pada stok pada Maret. Kepemilikan barang jadi juga bertumbuh. Karena output naik melebihi tingkat ekspansi yang terjadi pada pesanan baru. Di sisi lain, penumpukan pekerjaan turun pada Maret. Responden survei mengaitkan penurunan ini dengan kenaikan lambat pada pesanan baru.
Tekanan baru pada rantai pasokan seperti laporan pada Maret. Dengan kinerja pemasok memburuk setelah membaik selama dua bulan. Bukti anekdotal menunjukkan bahwa penundaan pengiriman dan kekurangan bahan baku menyebabkan perpanjangan waktu pemenuhan pesanan pada Maret.
”Akan tetapi perusahaan melaporkan bahwa rantai pasokan dan tekanan harga memburuk, yang merupakan topik umum untuk sektor manufaktur pada Maret, karena gangguan rantai pasokan global dan dampak perang Ukraina. Tekanan rantai pasokan berkepanjangan dapat menghambat pemulihan sektor dari gelombang Covid-19 terkini.”