MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Pfizer dan BioNTech setuju untuk memasok vaksin virus corona ke skema akses vaksin COVAC. Sebagai catatan, COVAX merupakan skema pengembangan virus yang digalang oleh PBB untuk diberikan kepada 92 negara miskin.
Vaksin Pfizer dan BioNTech COVID-19 sejauh ini adalah satu-satunya vaksin virus corona yang mendapat persetujuan daftar penggunaan darurat WHO (World Health Organization).
Pfizer dan BioNTech mengungkapkan, bulan ini mereka menargetkan untuk memberikan 2 miliar dosis vaksin tahun ini, naik dari target sebelumnya 1,3 miliar. Akan tetapi yang menjadi kendala adalah, vaksin ini harus disimpan dalam freezer ultra-dingin, yang jelas akan menyulitkan untuk negara-negara miskin yang mayoritas beriklim panas.
Penasihat senior WHO, Bruce Aylward mengatakan bahwa skema COVAX berada dalam diskusi yang sangat rinci dengan raksasa farmasi, Pfizer, yang telah mengirim ratusan juta dosis vaksin ke beberapa negara kaya di dunia dan diharapkan dapat segera mengirimkan vaksin ke skema vaksin COVAX.
Skema COVAX akan mulai mendistribusikan vaksin virus corona ke berbagai negara miskin pada bulan Februari. COVAX berharap dapat memberikan lebih dari 2 miliar dosis virus corona kepada 92 negara miskin di seluruh dunia tahun ini, atau mencakup sekitar 27% dari populasi mereka.
Skema COVAX, dipimpin oleh WHO, aliansi vaksin GAVI, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) – yang didirikan tahun lalu, di tengah kekhawatiran bahwa negara-negara miskin akan kehilangan banyak nyawa warganya, sementara negara-negara kaya bergegas untuk mendapatkan vaksin virus corona demi menginokulasi populasi mereka.
COVAX sejauh ini telah mendapatkan pasokan vaksin dari AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford, Institut Serum India (SII), serta Sanofi dan mitranya GSK. Ini juga memiliki nota kesepahaman atas pengiriman dari Johnson & Johnson.
Reuters melaporkan bahwa WHO berencana untuk menyetujui beberapa vaksin virus corona dari produsen Barat dan China dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini demi dapat melakukan vaksinasi virus corona di negara-negara miskin.