MATA INDONESIA, SORONG – Pertamina Patra Niaga membangun Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) pertama untuk di wilayah Papua Barat. Pembangunan ini dilakukan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong. Hal ini diungkapkan oleh Komisaris Utama Pertamina Patra Niaga Sumanggar Milton Pakpahan.
Ia pun berharap pembangunan ini bisa membantu percepatan distribusi elpiji keseluruh wilayah Papua Barat. “Dengan, adanya SPPBE ini diharapkan dapat menekan coct (biaya). Apalagi konsumsi elpiji dari tahun ke tahun terus meningkat,” ujarnya, dikutip Minggu 24 Oktober 2021.
Menurutnya, mungkin pembangunan SPPBE di wilayah Jawa adalah hal biasa. Namun, pembangunan di Papua Barat ini telah menjadi tonggak sejarah baru.
Ia mengungkapkan bahwa pembangunan SPPBE perlu dilakukan lantaran konsumsi elpiji meningkat pesat di Papua Barat.
“Dari catatan kami (Pertamina Patra Niaga), di mana khusus di tahun 2021 sudah meningkat 22 persen. Jadi, komposisi energi gas ini sudah menjadi primadona,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa kebutuhan tabung elpiji non subsidi di kawasan Papua Barat sekitar 18 ribu tabung per bulan.
“Ada 14 ribu tabung elpiji 12 kilogram, gas yang 5,5 kilogram ada 13 ribu, dan dicover hanya ada 5 agen saja, yakni tiga di Kota Sorong, dan dua lainnya ada di Manokwari. Ini membuktikan masih butuh agen baru lagi,” ujarnya.
Dengan, adanya groudbreaking SPPBE di KEK Sorong ini menjadi tonggak sejarah, di mana produksi elpiji gas Arar memproduksi 14 ribu metriks ton per hari untuk memenuhi stock tangker.
“Mudah-mudahan, bisa berjalan baik. Untuk elpiji non subsidi tabung 12 kilogram harganya sekarang ini antara Rp265.000-Rp285.000. Jika, kita asumsi dengan kurs yang sama akan turun menjadi Rp 160.000 per tabung untuk kapasitas 12 kilogram,” katanya.
Bahkan ke depan, akan ada yang dikenal dengan jaringan listrik dan kompor gas, dan khusus di Papua Barat pertumbuhannya sangat cepat atau mengalami kenaikkan yang cukup signifikan.