Pernyataan Putin Terkait Nabi Muhammad SAW Bisa Melawan Islamofobia

Baca Juga

MATA INDONESIA, ISLAMABAD – Presiden Rusia, Vladimir Putin mengkritik ulah majalah kontroversial Prancis, Charlie Hebdo terkait kartun Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, menghina Nabi Muhammad SAW bukanlah kebebasan berekspresi, melainkan sebuah pelanggaran dan menyakiti hati umat Islam.

Sikap Putin mendapat pujian Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan. Pernyataan Presiden Putin, kata Khan, sekaligus bentuk perlawanan terhadap Islamofobia, khususnya di negara-negara Barat.

“Saya menyambut baik pernyataan Presiden Putin yang menegaskan kembali pesan saya bahwa menghina Nabi Suci kita (SAW) bukanlah ‘kebebasan berekspresi’. Kami Muslim, terutama para pemimpin Muslim, harus menyebarkan pesan ini kepada para pemimpin dunia non-Muslim untuk melawan Islamofobia,” tulis PM Khan di akun Twitter.

Khan merupakan salah satu pemimpin di dunia yang telah menjelma menjadi suara internasional terkemuka dalam meningkatkan kesadaran mengenai konsekuensi dari meningkatnya Islamofobia sistematis.

Khan juga mendesak persatuan yang lebih besar di antara umat Islam untuk menghadapi sentimen anti-Islam di seluruh dunia. Pada Oktober, ia menulis surat kepada para pemimpin negara mayoritas Muslim dan meminta untuk bertindak secara kolektif melawan Islamofobia yang terus berkembang.

Selama konferensi pers tahunannya, Presiden Putin mengatakan bahwa menghina Nabi tidak dihitung sebagai ekspresi kebebasan artistik. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW adalah bentuk pelanggaran kebebasan beragama dan menyakiti perasaan umat Islam.

“Tindakan ini memicu pembalasan ekstremis, kata Putin mengutip contoh serangan terhadap kantor redaksi majalah Charlie Hebdo di Paris setelah penerbitan kartun Nabi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Wujudkan Pilkada Damai, Masyarakat Harus Lebih Bijak Gunakan Media Sosial

Jakarta - Masyarakat perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial untuk mewujudkan Pilkada Serentak 2024 yang Damai. Pusat Riset Politik...
- Advertisement -

Baca berita yang ini