MATA INDONESIA, JAKARTA – Fakta mengejutkan disampaikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Puspayoga, yang menyebut pernikahan dini di Indonesia marak terjadi karena urusan perut.
Ia berkata, banyak orang tua terpaksa menikahkan anaknya saat usia belia, agar menghindari kelaparan.
“Kalau alasannya seperti yang disampaikan, mengawinkan anak supaya tidak mati kelaparan, itu kan hanya berpikir instan dan hanya melihat jangka pendeknya,” kata Bintang, Kamis 11 Februari 2021.
Tentu saja, alasan itu tidak masuk akal, mengingat pemerintahan Joko Widodo sudah banyak menjalankan program membantu masyarakat kelas bawah.
Salah satu contohnya, Program Keluarga Harapan (PKH) dan lain sebagainya. Di tengah pandemi Covid-19 pun, pemerintah turut hadir dalam memberikan bantuan sosial setiap bulan.
“Padahal saya melihat skema yang diberikan pemerintah untuk kepentingan sosial ini sudah banyak, misalnya bantuan-bantuan sosial,” ujar Bintang.
Pernyataan Bintang ini adalah bentu respons atas viralnya wedding organizer bernama Aisha Wedding, yang terang-terangan mempromosikan pernikahan dini dengan alasan perbaikan ekonomi.
Menikahkan anak di usia dini memiliki risiko yang besar, terutama risiko kemiskinan. Karena kebanyakan pelaku pernikahan dini belum matang secara finansial, mental, maupun pendidikan mengenai pernikahan.
“Kenapa kita harus murka karena mereka mengajak kawin muda dan ortunya mengizinkan dengan alasan dalam kondisi kesusahan, takut kelaparan. Makanya jalan mudahnya dengan mengawinkan anaknya. Padahal, risiko menikahkan anak itu besar. Risiko pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” kata dia.
Maka dari itu, Bintang berharap, seluruh kementerian dan lembaga terkait ikut bersama-sama membantu KemenPPPA dalam mencegah pernikahan dini. Harapannya agar dapat mencetak generasi penerus bangsa yang lebih baik lagi.