Pengunjuk Rasa: Revolusi di Myanmar Harus Menang!

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Ribuan aktivis pro-demokrasi turun ke jalan di Myanmar pada Kamis (25/3) –sehari setelah pemogokan mendadak di seluruh negeri sebagai bentuk protes terhadap kudeta militer pada awal Februari.

Aksi demonstrasi diadakan di ibu kota komersial Yangon, pusat kota Monywa dan beberapa kota lainnya, menurut saksi mata dan unggahan di media sosial.

“Apakah kami bersatu? Ya, kami! Revolusi harus menang,” teriak pengunjuk rasa, melansir Reuters, Kamis, 25 Maret 2021.

Nant Khi Phyu Aye, salah satu dari pengunjuk rasa yang berada di jalan, mengatakan banyak pengunjuk rasa adalah anak-anak muda yang akan melakukan protes setiap hari tanpa melewatkan satu hari pun.

Polisi membubarkan demonstrasi jalanan di kota Mawlamyine, Myanmar dan menangkap 20 pengunjuk rasa, kata Hinthar Media Corp. Sedikitnya dua orang terluka tetapi tidak ada laporan lain mengenai korban di tempat yang berbeda.

Setidaknya 286 orang meninggal dunia ketika pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan mematikan untuk memadamkan kerusuhan sejak kudeta 1 Februari, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

Sebagai tanda meningkatnya tekanan internasional, Amerika Serikat berencana menjatuhkan sanksi kepada dua konglomerat yang dikendalikan oleh junta militer Myanmar, sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.

“Badai terkuat datang setelah keheningan,” kata pemimpin protes Ei Thinzar Maung dalam sebuah posting media sosial.

Di Thanlyin di pinggiran Yangon, pengunjuk rasa mengangkat plakat bertuliskan: “Kami tidak menerima kudeta militer”, sementara staf medis yang mengenakan jas putih mengadakan pawai fajar di kota kedua Mandalay, Myanmar.

Lima orang lagi terluka dalam semalam di Mandalay, kota kedua Myanmar, lapor media Myanmar Now. Sementara seorang pria berusia 16 tahun meninggal dunia setelah mendapat tembakan di punggungnya.

Sebelumnya, aktivis Myanmar merencanakan lebih banyak protes anti-kudeta, termasuk pemogokan, dan seruan agar orang-orang tetap di rumah, menyusul kematian seorang gadis akibat tembakan pasukan keamanan di kota Mandalay.

Gadis berusia 7 tahun ini menjadi korban termuda dari tindakan keras berdarah aparat keamanan sejak kudeta yang dilakukan junta militer Myanmar pada awal Februari.

Aparat keamanan juga diketahui menembak sang ayah saat gadis kecil tersebut berada dipangkuannya di dalam rumah mereka. Hal ini diungkapkan oleh saudara perempuannya kepada Myanmar Now.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini