Mata Indonesia, Kulon Progo – Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kulon Progo terus mendorong kampanye bijak bermedia sosial bagi para pelajar.
Langkah ini diambil menyusul meningkatnya kasus pelanggaran yang bersumber dari aktivitas di media sosial.
Kepala Disdikpora Kulon Progo, Nur Wahyudi, mengungkapkan bahwa kasus perundungan digital (cyber bullying) mengalami peningkatan signifikan dalam dua tahun terakhir.
“Kasusnya naik hingga 40 persen dalam kurun dua tahun terakhir,” ujar Nur, Senin 27 Oktober 2025.
Selain perundungan, paparan informasi berbau hoaks, radikalisme, dan konten pornografi juga semakin sering diakses pelajar.
Menurut Nur, kondisi ini dapat mengancam karakter dan moral generasi muda.
Ia menjelaskan, dominasi konten negatif di media sosial menjadi salah satu faktor munculnya kasus kenakalan remaja dan perilaku menyimpang di kalangan pelajar.
Ditambah lagi, rata-rata pelajar Kulon Progo mengakses internet selama 7 hingga 9 jam per hari, yang memperbesar peluang terpapar informasi yang tidak sehat.
“Sayangnya, pengawasan orang tua terhadap aktivitas media sosial anak masih minim. Hal ini membuat literasi digital pelajar rendah dan mudah terpengaruh oleh manipulasi informasi,” jelasnya.
Sebagai langkah konkret, Disdikpora Kulon Progo kini mengintensifkan berbagai program edukasi digital positif.
Di antaranya melalui kampanye “Pelajar Kulon Progo Berkarakter”, Seri Edukasi Literasi Digital, Pojok Inspirasi, Investasi Kolaboratif, serta program Media Monitoring dan Rapid Response.
Nur Wahyudi juga mengajak media massa untuk berperan aktif dalam membangun konten yang positif dan mendidik bagi pelajar.
“Kami berharap media ikut menciptakan narasi yang membangun persepsi publik tentang pendidikan dan generasi muda, sekaligus mengawal kebijakan pendidikan yang perlu dievaluasi,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Disdikpora Kulon Progo, Nur Hadiyanto, menambahkan bahwa edukasi literasi digital juga dilakukan melalui pertemuan antara guru dan orang tua di sekolah.
Ia mengakui bahwa tantangan terbesar ada pada kemampuan anak-anak yang kini lebih mahir dalam mengakses informasi digital dibandingkan orang tuanya.
“Anak-anak sekarang jauh lebih cepat dalam memahami teknologi dibanding orang tuanya. Karena itu, peran media dan lembaga pendidikan menjadi penting untuk mengampanyekan pelajar yang bijak dan cerdas bermedsos,” jelas Nur Hadiyanto.
