MATA INDONESIA, JAKARTA – Pengamat isu Papua sekaligus Dosen Kajian Ketahanan Nasional Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Dr Margaretha Hanita menegaskan bahwa penyelesaian masalah dengan menggunakan cara dialog akan memakan waktu yang lama. Namun, ia mengimbau agar semua pihak baik di pusat maupun Papua agar bisa bersabar.
“Dialog itu memang tidak sebentar, membutuhkan proses yang sangat panjang,jadi tidak singkat selesaikan Papua,” kata Dr Margaretha Hanita dalam Simposium Nasional bertajuk ‘Dialog Papua: Refleksi, Visi dan Aksi’ di Kanal Youtube HUMAS SIL dan SKSG UI, Sabtu 22 Mei 2021.
Ia juga menekankan salah satu perspektif penting yang harus dipahami bersama yaitu bahwa tidak semua masyarakat Papua ingin merdeka. Melihat hal ini, solusi yang bisa ditawarkan adalah dengan mendengarkan pendapat dari masyarakat Papua dari berbagai macam kalangan.
“Tidak semua orang Papua itu OPM, dan tidak semua orang Papua ingin merdeka, itu yang harus disepakati, kita tidak boleh ngotot dalam dialog,” kata Dr Margaretha Hanita.
Sementara itu, Rektor Universitas Cendrawasih Apolo Safanpo menilai bahwa penyelesaian konflik di Papua bisa dilakukan dengan cara rekonsiliasi yang sesuai dengan kearifan lokal di Papua.
“Karena itu perlu dipikirkan bagaimana cara rekonsiliasi sesuai kearifan lokal untuk menyelesaikan konflik Papua,” kata Apolo.
Proses rekonsiliasi sebaiknya mulai dilakukan di tingkat kabupaten. Dalam hal ini, Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat hadir untuk mengawal proses tersebut.