Pengamat: Pelemahan Ekonomi Global Tak Banyak Berdampak ke Indonesia

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengonfirmasikan bahwa pertumbuhan ekonomi global kembali melemah di sepanjang 2019 hingga 2020. Lantas seberapa besar dampaknya bagi perekonomian Indonesia?

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa bila melihat prediksi yang dikeluarkan OECD, salah satu penyumbang rendahnya pertumbuhan ekonomi global ialah turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi 6,1 persen, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang mencapai 6,2 persen.

“Rendahnya pertumbuhan Tiongkok ini perlu diwaspadai karena Tiongkok merupakan salah satu negara tujuan utama Ekspor Indonesia. Dengan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang sudah melemah seperti sekara saja sudah berdampak pada menurunnya kinerja ekspor Indonesia. Jika pertumbuhan ekonomi Tiongkok lebih melambat lagi tentu akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia,” kata dia kepada Minews.id, Jumat 20 September 2019.

Namun jika berbicara dampak secara keseluruhan untuk ekonomi Indonesia, kata Yusuf, potensinya masih kecil. Soalnya sumbangan ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia relatif kecil, atau cuma 20 persen terhadap PDB.

“Tentu beda dengan negara yang menggantungkan ekspor terhadap perekonomian seperti Singapura yang potensi terdampaknya lebih besar,” ujar dia.

Maka kata Yusuf, dengan kondisi global seperti sekarang ini, maka langkah strategis pemerintah khususnya dalam menggenjot ekspor ialah dengan mengintensifkan perjanjian perdagangan bilateral. Lantaran perjanjian bilateral bisa lebih mengakomodir kepentingan ekspor, dibandingkan perjanjian perdagangan regional.

“Adapun sektor yang perlu diitingkatkan ekspor ialah sektor manufaktur. Makanya perbaikan ekonomi struktural di dalam negeri perlu dilanjutkan misalnya kordinasi regulasi, dan juga peningkatan daya saing,” kata dia.

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini