MATA INDONESIA, JAKARTA-Kunci agar kinerja ekspor makin meningkat adalah dengan diversufukasi komoditas dan negara tujuan. Hal itu diungkapkan oleh Pengamat ekonomi dari Center of Reform of Economics (Core) Yusuf Rendi Manilet.
“Diversifikasi produk ekspor artinya ekspor didorong untuk lebih bernilai tambah tinggi. Tidak hanya untuk komoditas bernilai rendah, tetapi yang bernilai tambah tinggi juga harus dilakukan pemerintah,” kata Yusuf.
Dirinya berpendapat bahwa perbaikan harga komoditas ekspor secara global, termasuk produk unggulan Indonesia seperti batu bara, CPO, dan tembaga, harus dijadikan sebagai momentum untuk mendorong diversifikasi produk ekspor.
Selain juga
Tak hanya itu perlu didukung oleh penguatan industri manufaktur di dalam negeri serta peningkatan anggaran untuk riset dan pengembangan di dalam negeri.
“Saya kira itu kebijakan jangka panjang yang harus dilakukan pemerintah untuk memaintain kinerja ekspor agar tetap sustainable tumbuh dan tidak berpengaruh terhadap beberapa gejolak ekonomi dunia global,” katanya.
Lebih lanjut ia menyarankan pemerintah untuk melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor dengan menargetkan negara-negara potensial seperti misalnya Pakistan, Afrika Selatan kemudian Mesir.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai 18,35 miliar dolar AS atau tertinggi sejak Agustus 2011 yang kala itu angka ekspornya mencapai 18,64 miliar dolar AS.
“Nilai ekspor pada Maret 2021 yang mencapai 18,35 miliar dolar AS ini tertinggi sejak Agustus 2011 yang waktu itu nilai ekspornya 18,64 miliar dolar AS,” kata Kepala BPS Suhariyanto.
Suhariyanto menyampaikan meningkatnya permintaan dari berbagai negara diiringi kenaikan berbagai komoditas andalan Indonesia sangat berpengaruh besar terhadap performa ekspor Indonesia pada Maret 2021.
BPS mencatat ekspor RI pada Maret 2021 sebesar 18,35 miliar dolar AS mengalami peningkatan 20,31 persen jika dibandingkan dengan Februari 2021 dan meningkat 30,47 persen jika dibandingkan Maret tahun sebelumnya.