MATA INDONESIA, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa berencana untuk mengubah pola pendekatan untuk menyelesaikan persoalan di Papua. Andika berencana untuk menerapkan pendekatan humanis di Papua. Hal ini mendapat dukungan dari pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta.
“Jika ini bisa dilakukan tentu lebih bagus, tetapi memang pendekatan tersebut memerlukan waktu yang panjang, dan tentu saja itu tetap harus dilakukan, terutama jika bisa dilakukan jalan dialog,” ujarnya kepada Mata Indonesia News, Selasa 23 November 2021.
Stanislaus juga ikut mengomentari perihal pergerakan KST Papua yang hingga kini masih belum bisa diredam. Ia pun menyarankan agar TNI tetap menjalankan tugas dalam melindungi masyarakat.
“Jika ada orang atau kelompok yang mengganggu atau mengancam masyarakat maka TNI harus all out melindungi masyarakat termasuk jika diperlukan menggunakan senjata untuk melawan pengganggu tersebut,” katanya.
Namun upaya preventif dan preemtif, lanjut dia, tetap harus dikedepankan supaya ancaman dan gangguan itu mereda. “Seperti dengan pendekatan intelijen untuk menggalang kelompok tersebut agar mau kembali ke NKRI atau dengan pendekatan teritorial untuk merebut hati masyarakat sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap negara tinggi dan ruang bagi kelompok penganggu keamanan semakin sempit,” ujarnya.
Lalu terkait rantai pasok senjata dan amunisi KST Papua yang hingga kini belum terputus, ia menyarankan agar perlu dilakukan penyekatan terhadap jalur-jalur yang menjadi titik penyaluran senjata.
“Termasuk penyelidikan dan penyidikan atas kasus-kasus sebelumnya. Kasusnya perlu diproses hukum dan penyandang dana dan pemasok senjata hingga hulunya perlu diberantas. Tanpa ketegasan ini, maka penyeludupan akan terus terjadi. SOP penggunaan senjata dan amunisi di satuan-satuan TNI/Polri juga harus diperketat untuk mencegah adanya oknum TNI/Polri yang menyeludupkan senjata ke pihak lain,” katanya.