MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Mantan Kepala Intelijen Arab Saudi, Pangeran Turki Al-Faisal memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar tidak mengulangi kesalahan yang sama yang dibuat di bawah Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Dengan kata lain, Pangeran Turki berharap Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Joe Biden untuk tidak kembali bergabung dengan Perjanjian Nuklir 2015. Menurutnya potensi kembalinya Paman Sam ke dalam perjanjian nuklir dapat mengganggu stabilitas kawasan, Timur Tengah khususnya.
Sebagaimana diketahui, pada Mei 2018, Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian tersebut. JCPOA membatasi program nuklir Iran dan sebagai gantinya, sejumlah sanksi ekonomi yang diterapkan kepada Teheran dilonggarkan.
Berbeda dengan Trump, Biden justru berencana kembali bergabung ke JCPOA, asalkan Iran kembali mematuhi perjanjian yang sudah ditetapkan. Usai Trump menarik diri, pihak Teheran membalas dengan meningkatkan pengayaan uranium, bahan kimia yang dapat dijadikan nuklir.
“Mr. Presiden terpilih (Joe Biden) jangan mengulangi kesalahan dan kekurangan dari kesepakatan pertama. Kesepakatan non-komprehensif apa pun tidak akan mencapai perdamaian dan keamanan abadi di wilayah kami,” kata Pangeran Turki dalam Konferensi Pembuat Kebijakan Arab-AS ke-29, melansir English Al Arabiya, Rabu, 18 November 2020.
“Perilaku regional Iran mengganggu Irak, Suriah, Yaman, Libanon, dan Arab Saudi dengan menyerang secara langsung maupun tidak langsung instalasi minyak, merupakan ancaman yang sama besarnya dengan program nuklirnya,” sambungnya.
JCPOA menuai kritik karena hanya focus pada program dan ambisi nuklir Iran tanpa membahas proksi teroris dan milisi Teheran di wilayah tersebut, serta program rudal balistiknya.