MATA INDONESIA, JAKARTA – Pembukaan aktivitas menjadi faktor utama pemicu pemulihan ekonomi Indonesia, terutama di Mei-Juni.
Menurut ekonom Institute Social, Economics and Digital (ISED), Ryan Kiryanto libur panjang Lebaran itu mendorong mobilitas orang.
Mobilitas tersebut dibarengi dengan konsumsi hospitality atau kulineri (makanan, minuman) serta transportasi yang tinggi.
Itulah faktor dominan penyebab kenaikan inflasi hingga mendekati 4,5 persen pada Juni 2022.
“Secara tahunan atau yoy (year on year), PDB Indonesia di Q2/2022 diperkirakan tumbuh 5.1 persen didukung recovery perekonomian dari sisi belanja rumah tangga (mungkin tumbuh 5,2 persen yoy), investasi langsung (PMTB), belanja pemerintah dan surplus ekspor-impor,” ujar Ryan dalam pernyataan tertulisnya yang diterima, Jumat 5 Agustus 2022.
Secara umum kontribusi konsumsi rumah tangga domestik menyumbang sekitar 56 persen, lalu belanja pemerintah 10 persen, investasi 30 persen dan ekspor-impor 4 persen.
Jika dilihat secara secara spasial, ekonomi di Pulau Jawa tumbuh lebih tinggi yang berkisar 5,2 persen dibandingkan nasional 5,1 persen.
Kontribusi Jawa terhadap ekonomi Indonesia tertinggi yaitu 54 persen, disusul Sumatera 21 persen, dan sisanya Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali dan Nustra.