MATA INDONESIA, YOGYAKARTA – Tatapan mata seekor orang utan itu kosong ketika melihat anaknya disusui seorang petugas kebun binatang di sekitar kandang.
Hanya duduk termangu sambil sesekali menggarukkan tangan ke bagian tubuhnya, orangutan bernama Joy itu tampak terlihat lesu.
Bukan tanpa alasan, primata yang kerap kali disandingkan dengan evolusi manusia menurut Teori Darwin tersebut mengalami fenomena baby blues, layaknya seorang manusia.
Kondisi sedih hingga rasa cemas pasca melahirkan yang dialami Joy memang bisa terjadi kepada hewan. Akibatnya anak orangutan bernama Noa harus terlantar.
Beruntung bagi Noa masih bisa bertahan hidup di Gembira Loka Zoo, Kota Yogya, selama satu tahun ini. Pasalnya dua anak Joy yang sebelumnya lahir, meninggal dunia karena tak mendapatkan gizi yang cukup dari sang induk.
Humas Gembira Loka Zoo, Yosi Hermawan, mengatakan Noa lahir dengan bobot 1,5 kilogram pada 4 Juni 2021. Noa sempat tak mendapat cukup makanan selama tiga hari.
Hal itu menjadi tanggungjawab pengelola dalam hal ini keeper (petugas pemelihara hewan) untuk mempertahankan konservasi hewan primatan di GL Zoo.
Untuk diketahui, Noa lahir dari perkawinan orangutan jantan bernama Popo yang berusia 38 dan betina bernama Joy dengan usia saa ini 32 tahun.
Berhasil bertahan hidup hingga hari kelahirannya 4 Juni lalu. Pengelola membuat momen khusus untuk merayakan hari kelahiran Noa.
Hal itu menjadi bentuk sukacita GL Zoo. Sebab orangutan merupakan satwa endemi yang dilindungi.
Selain itu, merawat Noa pun memiliki tantangan khusus.
“Karena induknya, selama observasi, induk tidak mau menyusui. Akhirnya Noa dirawat oleh keeper,” ungkap Yosi, Kamis 9 Juni 2022.
Perjuangan merawat Noa untuk terus hidup ini, menurut Yosi harus dimaknai. Kerean hal itu merupakan nilai edukasi terhadap satwa Indonesia, khususnya orangutan.
“Perjuangan kami merawat orangutan ini, penuh perjuangan 24 jam, rekan keeper silih berganti menjaga Noa. Proses perawatan pun luar biasa,” ujarnya.
Perayaan ulang tahun Noa diharapkan bisa mengedukasi dan memberi informasi bagi masyarakat. Tentang serba serbi orangutan dan pentingnya peranan manusia bagi kelangsungan hidup makhluk hidup lain.
“Khususnya orangutan supaya tetap lestari di Indonesia,” tambah dia.
Kondisi baby blues yang dialami induk orangutan di GL Zoo ini hanya bisa menunggu usai. Keeper tak bisa memaksakan agar induk yang mengurus bayinya.
Mengingat kebun binatang sebagai tempat konservasi, GL Zoo merasa perlu untuk mengambil alih perawatan dan pemeliharaan orangutan untuk terus berkembang biak.
GL Zoo sendiri akan terus memperlihatkan andil penting dalam menjalankan pengembangbiakan terkontrol.
Tak hanya itu, penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya harus dilakukan, termasuk salah satunya, orangutan.
Lebih lanjut, orangutan diklasifikasikan oleh IUCN ke dalam kategori kritis dan dilindungi berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan Peraturan Menteri LHK No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Reporter: Muhamad Fauzul Abraar