MATA INDONESIA, JAKARTA – Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua pimpinan Tenius Gwijangge melakukan pembunuhan sadis kepada 2 orang karyawan PT Indo Mulia Baru di Distrik Dekai, Yahukimo, Papua. Kelompok ini juga menyerang dan melukai 4 personil Brimob, saat Satgas Nemangkawi melakukan evakuasi di TKP.
Aksi kekerasan tersebut dikritik oleh pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta. Ia mengatakan, perlu strategi lain untuk menggempur pergerakan KST Papua yang lebih paham terhadap wilayah geografis pedalaman Papua.
Untuk itu, ia menganjurkan agar aparat keamanan perlu menggencarkan pendekatan humanis agar bisa merebut hati masyarakat sehingga ruang bagi KST Papua menyempit.
“Ketika ruang KST Papua luas terutama jika masih bisa menguasai masyarakat, maka akan sulit bagi aparat melakukan tindakan terhadap KST Papua. Operasi intelijen seperti penggalangan juga sangat perlu untuk terus dilakukan dan dikuatkan,” ujarnya kepada Mata Indonesia News, Selasa 24 Agustus 2021.
Selain itu, aparat keamanan juga harus memutus rantai pasok senjata api (senpi) milik KST Papua. Sejauh ini, pemasok amunisi di Papua sudah ditangkap. Ada kemungkinan pasokan senpi milik KST Papua berasal dari luar negeri, terutama dari negara yang memiliki kepentingan di Papua.
“Banyak pihak mempunyai kepentingan terhadap Papua termasuk pihak asing, dengan berbagai motif termasuk ekonomi. Pemasok senjata dan amunisi dengan kepentingan bisnis inilah yang menjadi sumber amunisi KST Papua,” katanya.
Stanislaus berharap jaringan ini harus segera diputus dan dibongkar. Termasuk penyedia dana untuk pembelian amunisi tersebut.
“Ini bisa dimulai dari yang sudah ditangkap. Harus dikembangkan siapa yang jual, siapa yang memberikan dana, perlu diungkap tuntas,” ujarnya.