MATA INDONESIA, JAKARTA – Produk olahan bijih nikel kini menjadi primadona baru dalam deretan komoditas ekspor Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekspor turunan bijih nikel itu menunjukkan kenaikan yang signifikan. Di sepanjang Januari–Agustus 2022 saja, nilai ekspornya sudah hampir menyentuh USD12,5 miliar.
Rinciannya adalah ekspor feronikel sebesar USD8.762 juta dan yang USD 3.594 juta lainnya dalam bentuk turunan lain. Yakni nickel pig iron dan nickel matte.
Ekspor dalam bentuk bijih nikel (bahan mentah) tercatat kosong (nol). Sebab sejak Januari 2020, pemerintah menerbitkan pelarangan lewat Peraturan Menteri (Permen) ESDM nomor 11 tahun 2019. Larangan itu adalah implementasi dari UU nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara.
Ekspor nikel meningkat pesat sejak 2020. Pada periode 2014–2018, ekspor nikel, dalam bentuk bijih nikel, feronikel, dan produk turunannya masih berkisar di angka USD2,5 miliar. Permintaan pasar dunia menguat sejak 2019. Ketika kebutuhan stainless steel dan baterai mobil listrik berbasis nikel-kobalt melonjak. Ekspor nikel Indonesia tahun itu, menurut BPS, mencapai USD 5.546 juta.
Pemintaan stainless steel dan baterai listrik makin meningkat di 2021. Sebagai eksportir nikel terbesar di dunia, Indonesia menangguk devisa USD8.3272 juta. Pada 2022, permintaan nikel masih tinggi. Alhasil, dalam delapan bulan pertama Indonesia mampu mengekspor nikel senilai USD12,5 miliar. Perkiraan optimistis, nilai ekspornya bisa menembus di atas USD20 miliar (Rp296 triliun) pada 2022 ini. Nikel mulai mampu bersaing dengan batu bara serta minyak CPO dan turunannya.
Permintaan tinggi di pasar dunia membuat harga nikel terus terungkit naik. Pada Agustus 2022, harga feronikel tercatat USD22.100 per ton. Bahkan pada Maret 2022, harganya sempat menyentuh USD24 ribu per ton. Sebelum pandemi terjadi di akhir 2019, harga feronikel masih USD 17.000 per ton.
Permintaan masih akan tinggi mengingat kebutuhan stainless steel dan baterai mobil listrik masih akan terus meningkat. Indonesia berpeluang menangguk devisa yang lebih besar. Investasi senilai USD8 miliar telah turun sejak 2015 untuk membangun 30 smelter baru. Yang memproses bijih nikel (nickel ore) menjadi produk olahan. Sebagian besar investor dari Cina.
Feronikel, bubuk mineral dengan kandungan nikel 78 persen atau lebih, ialah produk andalan dari smelter. Produk olahan lainnya adalah nickel pig iron serta nickel-matte. Kandungan nikelnya agak jauh di bawah 78 persen. Semuanya laku, baik di pasar ekspor maupun pasar domestik.
Produksi nikel Indonesia pada 2021 mencapai 2,45 juta ton. Ini berasal dari tiga unit smelter lama (yang beroperasi sejak sebelum 2015). Dan 15 unit smelter baru. Di 2022, lima smelter baru mulai berproduksi dan 10 lainnya baru akan beroperasi pada 2023-2024. Prakiraanya pada 2022, produksi nikel nasional akan mencapai 2,6 juta ton. Sekitar 1 juta ton ekspor dan sisanya di dalam negeri. Utamanya untuk industri stainless steel (termasuk pipa antikarat).
Indonesia adalah raja nikel dunia yang memasok 37 persen dari volume nikel di pasar nikel dunia. Pertumbuhan pasar nikel dunia yang 8–9 persen per tahun bukan masalah besar. Cadangan nikel Indonesia yang sudah teregrister sekitar 21 juta ton setara nikel murni. Pesaing terdekat adalah Australia (20 juta ton), Brazil (11 juta ton), Rusia (6,9 juta ton), Kuba (5,5 juta ton), dan Filipina (4,8 juta ton). Situasi bisa berubah bila ada laporan hasil eksplorasi baru.