Nih Deretan Saham Gorengan yang Bikin Jiwasraya Kolaps hingga 4 Triliun

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Salah satu penyebab terjadi gagal bayar pada PT Asuransi Jiwasraya karena kesalahan manajemen yang menginvestasikan dananya ke sejumlah saham yang berkinerja buruk dan tidk likuid.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna belum lama ini. Saham-saham yang masuk kategori saham gorengan itu di antaranya, PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), dan PT PP Properti Tbk (PPRO).

Agung mengatakan, indikasi kerugian Jiwasraya dari transaksi saham-saham tersebut ialah sebesar Rp4 triliun.
“Saham-saham yang ditransaksikan adalah saham-saham yang berkualitas rendah dan pada akhirnya mengalami penurunan nilai dan tidak likuid,” ujarnya, Rabu 7 Januari 2020 lalu.

Agung juga mengatakan, pembelian saham dilakukan oleh pihak-pihak yang saling terafiliasi dan menguntungkan satu sama lain. Dengan demikian, harga jual tidak mencerminkan angka yang sebenarnya atau sesuai fundamental.

“Pihak-pihak yang terkait adalah pihak internal Jiwasraya pada tingkat direksi, general manager, dan pihak lain di luar Jiwasraya,” katanya.

Selain itu, Jiwasraya juga memiliki portofolio reksa dana berbasis saham yang dibeli lewat perusahaan manajer investasi. BPK menyatakan perusahaan asuransi BUMN tersebut juga banyak memilih perusahaan manajer investasi dengan kinerja buruk.

“Pemilihan tidak dilakukan secara memadai, manajer investasi terlihat seolah-olah memiliki kinerja yang baik sehingga dipilih Jiwasraya,” ujarnya.

Beberapa portofolio saham yang dimiliki perusahaan lewat reksa dana, yaitu PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT SMR Utama Tbk (SMRU), Semen Baturaja, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, PP Properti, PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM), dan PT Hanson International Tbk (MYRX).

Sebelumnya, Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengatakan, model pemilihan investasi yang dilakukan oleh manajemen sebelumnya menjadi salah satu pemicu bobroknya kondisi keuangan perusahaan.

Pasalnya, dalam mengejar untung selangit, manajemen lawas banyak menginvestasikan dana di aset berisiko tinggi (high risk). Hal itu bisa dilihat dari total aset yang diinvestasikan oleh manajemen lama.

Hexana mencatat, 22,4 persen dari total aset ditempatkan di saham bervaluasi rendah (undervalue) dan hanya 5 persen ada di saham LQ-45.

Kemudian, sebanyak 59,1 persen diinvestasikan di reksa dana saham. Hexana bilang mayoritas reksa dana dikelola perusahaan manajer investasi berkinerja buruk. Hanya 2 persen dana yang diinvestasikan di reksa dana dan saham dikelola perusahaan manajer investasi berkualitas.

Hexana juga mengatakan, portofolio sahamnya turun dari Rp 5,6 triliun menjadi Rp 1,5 triliun dan reksa dana berbasis saham turun dari Rp 12,7 triliun menjadi tinggal Rp 4 triliun.

Tak heran, ekuitas perusahaan negatif pada 2018 sebesar Rp10,24 triliun. Jiwasraya juga mencatatkan defisit sebesar Rp15,83 triliun pada periode tersebut.

Berita Terbaru

Ketersediaan Pangan dan Harga Terjangkau Salah Satu Indikator Kesuksesan Libur Nataru

Jakarta – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengatakan pihaknya telah memastikan ketersediaan pangan pokok strategis serta...
- Advertisement -

Baca berita yang ini