MATA INDONESIA, WASHINGTON – Pakar penyakit menular Amerika Serikat (AS), Dr. Antony Fauci menegaskan bahwa AS tidak akan kembali melakukan lockdown untuk mengekang Covid-19, meski varian Delta terus menyebar secara masif.
Sebagaimana diketahui, varian Delta –yang pertama kali diidentifikasi di India, memicu lonjakan kasus Covid-19 bukan hanya di Amerika, melainkan sebagian besar negara di dunia.
Berbicara dalam program “This Week” ABC, Dr. Fauci mengungkapkan salah satu alasan mengapa AS tidak perlu lagi melakukan lockdown adalah karena persentase warga AS yang telah divaksinasi cukup tinggi.
“Tidak cukup untuk menghancurkan wabah, tetapi saya cukup percaya untuk tidak membiarkan kita masuk ke situasi seperti di musim dingin lalu,” kata Dr. Fauci, melansir Reuters, Senin, 2 Agustus 2021.
Jumlah rata-rata kasus virus corona baru yang dilaporkan secara nasional di AS hampir dua kali lipat dalam 10 hari terakhir, menurut analisis Reuters. Bahkan jika negara bagian tidak melakukan penguncian lagi, penyebaran varian Delta masih dapat mengancam perekonomian.
Presiden Bank Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan kepada CBS “Face the Nation” bahwa varian Delta menciptakan banyak kehati-hatian di antara jutaan orang Amerika yang tidak bekerja dan dapat memperlambat pemulihan pasar tenaga kerja AS.
Lonjakan kasus varian Delta juga mengguncang dunia. Beberapa wilayah Asia yang sebelumnya relatif berhasil menahan laju Covid-19, seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam, kini terpaksa melakukan lockdown demi menekan varian yang pertama kali ditemukan pada Desember 2020.
Sementara di Australia, pemerintah Negeri Kanguru mengerahkan aparat militer tak bersenjata untuk membantu polisi di Kota Sydney memeriksa apakah orang-orang yang dites positif sedang diisolasi.
Sementara vaksin masih langka di sebagian besar dunia, di AS justu sebaliknya. Akan tetapi, uang tunai, mobil baru, dan insentif lainnya masih gagal memotivasi lebih dari sepertiga populasi untuk diimunisasi.
“Kami memiliki 100 juta orang di negara ini yang memenuhi syarat untuk divaksinasi yang tidak divaksinasi,” kata Fauci, yang juga direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.
Sekitar 58 persen orang AS telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, mulai dari yang tertinggi 76 persen di Vermont hingga yang terendah 40 persen di Mississippi.