Merasakan Sakitnya Di-bully Netizen, Ini 8 Kontroversi Ustaz Abdul Somad

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Baru-baru ini Ustaz Abdul Somad (UAS) mengungkapkan soal rasa sakitnya ketika mendapat bully dai netizen. Hal itu diungkapkan UAS saat berbincang dengan Ustaz Derry Sulaiman.

“Kalau senang, jangan terlalu senang, karena senang sementara. Kalau susah, jangan terlalu risau, karena susah pun sementara. Dunia sementara, akhirat selamanya,” kata UAS dalam video yang diunggah di akun Instagram Ustaz Derry.

UAS lalu menyebut ‘DSAS’. Empat huruf itu ia jelaskan kepanjangannya yakni ‘Derry Sulaiman, Abdul Somad’.

“Masyaallah. Kalau di-bully, Ustaz? Sementara nggak, Ustaz?” tanya Ustaz Derry Sulaiman.

“Di-bully sementara, sakitnya agak lama,” jawab UAS sambil disambut tawa keduanya.

Lantas hal apa saja yang membuat UAS dibully netizen. Berikut beberapa kontroversi UAS yang menjadi perbincangan di media sosial:

1. Alami penolakan ceramah di beberapa daerah

Pada penghujung 2017, UAS sempat mendapat penolakan ceramah di Bali. Selain itu, bahkan ia pernah ditolak di Hong Kong, PLN Disjaya Gambir (Jakarta), serta Pesantren Alhusna Mayong, Jepara, Jawa Tengah.

2. Ancaman intimidasi dan pembatalan ceramah

Pada 2018, UAS sempat mengunggah jika mendapat intimidasi dari beberapa daerah. Ia menggunggah pernyataan di akun Instagram pribadinya @ustadzabdulsomad. Adapun isi pernyataan tersebut ialah:

Beberapa ancaman, intimidasi, pembatalan, dan lain-lain terhadap taushiyah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepara, dan Semarang.

• Beban panitia yang semakin berat
• Kondisi psikologis jamaah dan saya sendiri

Maka, saya membatalkan beberapa janji di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta:

• September di Malang, Solo, Boyolali, Jombang, Kediri
• Oktober di Yogyakarta
• Desember janji dengan Ustadz Zulfikar di Jawa Timur

3. Diduga menghina artis Rina Nose

Dalam sebuah ceramahnya, ada yang bertanya mengenai keputusan Rina Nose yang melepas hijabnya, namun jawaban UAS justru menjadi kontroversi.

“Rina Nose itu siapa? Artis? Yang pesek itu? Saya kalau artis-artis jelek kurang minat mengamati. Apa kelebihan dia? Pesek, buruk, itu,” jawabnya.

4. Disebut-sebut sebagai pasangan cawapres Prabowo Subianto

Jelang pendaftaran pasangan Cawapres 2019, Ijtima ulama menyampaikan jika UAS usulkan menjadi cawapres. Namun nyatanya pada saat itu, Prabowo Subianto menggandeng Sandiaga Uno.

UAS memberikan pernyataan di beberapa media, jika dirinya tidak tertarik di dunia politik. Ia ingin fokus berdakwah saja.

5. Menuai kontroversi dari beberapa ceramahnya

Terdapat video ceramahnya yang mengharamkan permainan catur dan domino. UAS setuju jika catur adalah permainan yang membuang waktu. Ia menyampaikan mahzab Hanafi mengharamkan dadu dan catur.

“Masa olahraga bengong sampai tiga jam, aduh, nanti persatuan catur marah sama saya terserahlah,” tambahnya.

6. Larang ngopi di Starbucks

Ia menyinggung masalah LGBT, kerena pendiri Starbucks pro LGBT. Dia menyatakan jika membeli kopi di tempat tersebut bisa masuk neraka.

7. Nonton drama korea sama saja dengan orang kafir

Dalam sebuah video saat UAS ceramah, ia menyarankan untuk menghindari menonton film Korea supaya tidak menjadi golongan orang kafir.

“Jangan suka kepada orang kafir. Siapa yang suka kepada orang kafir, maka dia bagian dari golongan tersebut. Condong hatinya kepada orang kafir,” unggahan pada akun @maklambeturah

8. Singgung soal Salib

UAS dilaporkan ke Kepolisiaan Daerah Nusa Tenggara Timur oleh salah satu organisasi masyarakat di Kota Kupang. Ceramahnya yang dinilai sebagai penistaan agama itu, membahas mengenai salib yang dinilai menyinggung umat Kristen.

UAS menjawab pertanyaan seorang jemaahnya mengenai salib. Ia menjawab salib adalah jin kafir, karena pada salib terdapat jin kafir.

Dari beberapa kontroversinya itu, banyak netizen yang geram dan memberikan komentar negatif mengenai materi ceramah yang disampaikan UAS.

Namun, UAS tetap memafkan netizen yang membullynya dan bahkan mendoakannya.

Ya Allah berilah kaumku hidayah karena mereka tidak mengerti.” tulis UAS salah satu unggahan di instagramnya.

(Mila Arinda)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini