MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Kemenangan Joe Biden dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) memberikan harapan negara-negara di Amerika Latin, khususnya terkait pandemi virus corona. Mereka juga berharap bahwa perang atas pasokan medis tidak akan terulang setelah vaksin mendapat izin untuk digunakan.
Menteri Kesehatan Chile, Enrique Paris yakin wajah baru di Gedung Putih itu akan membuat negara-negara bersatu dan berjuang melawan pandemi virus corona, juga menghindari perang dagang, termasuk AS sendiri yang ingin mengamankan ventilator, masker, dan APD seperti yang terjadi di awal pandemi.
“Ada sebuah perang dagang, siapa yang dapat membayar lebih akan mendapat lebih banyak dan mereka memborong bahkan dapat memutus rantai distribusi,” kata Menteri Kesehatan Chile, Enrique Paris, melansir Reuters, Minggu, 15 November 2020.
Paris kemudian menuturkan bagaimana Chile harus menyewa pesawat atau mengirim pesawat militer untuk mengambil persediaan atau kebutuhan medis. Bukan hanya itu, Chile juga harus merahasiakan rencana penerbangannya.
“Itu sangat mengerikan dan saya berharap ini tidak terjadi lagi. Saya sangat yakin Bide memiliki visi lain soal diplomasi dan pemahaman yang lebih luas antar negara,” sambung Paris.
Terlepas dari berita baik pekan ini, di mana perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer, mengatakan hasil uji vaksin buatan mereka telah menunjukkan 90% efektivitas, Paris menegaskan negaranya harus bersiap menghadapi gelombang kedua virus corona, seperti yang saat ini tengah melanda Eropa.
“Kita tidak seharusnya menganggap diri kita sendiri berada dalam zona stabilitas. Kami tidak harus menurunkan pertahanan. Sebagai menteri saya mengusulkan bahwa seharusnya hanya ada satu format, caya yang lebih adil bagi setiap orang untuk memilih atau bagi semua orang untuk menerima vaksin yang menurut WHO sesuai untuk setiap negara,”lanjutnya.
Chile menandang vaksin Pfizer sebagai bagian dari peluncuran imunisasi yang diharapkan dapat dimulai pada kuartal pertama tahun depan. Rencana tersebut bertujuan untuk memasukkan jumlah yang lebih besar dari vaksin Sinovac Cina yang melakukan uji coba di Chile, di mana sebagian didanai oleh pemerintah dengan imbalan diskon “siginifican.”