Mengenal Jenis-Jenis Banjir, Harus Kamu Ketahui Agar Waspada!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Setiap menjelang akhir tahun biasanya seluruh pemerintah daerah di Indonesia siap siaga menghadapi banjir. Itulah saat curah hujan sangat tinggi sehingga awal tahun berikutnya air akan merendam, seperti sering terjadi di Jakarta antara Desember hingga Februari.

Selain curah hujan yang sangat tinggi, banjir juga disebabkan kelalaian manusia sehingga kondisi alam tak lagi bisa menampung air hujan dalam jumlah banyak.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut jenis-jenis banjir yang perlu diketahui agar Kamu bisa selalu waspada sebelum air bah itu datang.

Banjir Cileuncang
Terjadi ketika sistem drainase (pembuangan massa air) yang ada gagal menyerap air hujan yang deras dengan debit/aliran air yang begitu besar. Akibatnya, air akan meluap dari sistem pembuangan tersebut sebelum tiba ke laut.

Akibatnya air itu akan menggenangi wilayah sekitarnya. Jika areal itu jalan raya maka akan membahayakan pengemudi kendaraan dan merusak jalan.

Meskipun ketinggian air hanya beberapa meter saja namun air yang menggenangi jalan raya dapat menyebabkan kerusakan struktur yang signifikan.

Banjir jenis itu pernah terjadi di Manado pada 14 Januari 2015, menyebabkan 100 rumah rusak dan menelan 18 korban jiwa.

Pencegahannya cukup sederhana yaitu dengan memperbaiki sistem drainase, melakukan penghijauan, serta penertiban sungai yang sering kali dijadikan tempat pembuangan sampah manusia.

Banjir Rob (Laut Pasang)
Disebabkan naiknya atau pasang air laut yang masuk ke daratan sekitarnya. Seringkali akibat kombinasi kekuatan astronomi, angin dan badai lepas pantai.

Terjadinya air pasang di laut akan menahan aliran air sungai yang seharusnya menuju ke laut. Berkumpulnya air yang melebihi kapasitas sungai bisa menyebabkan tanggul yang dibangun untuk mengatasi abrasi jebol sehingga air menggenangi daratan.

Banjir Rob biasanya sering menimpa wilayah pesisir yang memiliki sedikit pertahanan dan ketinggian tanahnya yang lebih rendah dari permukaan laut. Daerah seperti Muara Baru Jakarta atau di utara Kota Semarang setiap tahun mengalaminya.

Banjir Bandang (Flash Flood)
Banjir ini memiliki pergerakan air sangat cepat dan akan menyapu segala hal yang dilaluinya. Biasanya banjir ini disebabkan curah hujan yang tinggi atau bisa juga karena bendungan air yang jebol.

Maka, banjir jenis ini memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi daripada banjir biasa. Selain datangnya yang tiba-tiba, material bawaannya membuat manusia tidak bisa mengarungi banjir itu dengan mudah.

Biasanya dalam waktu kurang dari enam jam air yang diakibatkan banjir bandang akan mengalir dengan kecepatan 2,7 meter per detik, suatu aliran yang sangat deras

Banjir Lahar
Jika biasanya banjir identik dengan air, berbeda dengan banjir jenis ini. Air bah itu akan membawa lahar dingin yang disebabkan letusan gunung berapi.

Lahir dingin adalah hasil letusan gunung berapi yang sudah dingin dan terperangkap di puncak gunung. Ketika hujan lebat turun material gunung api itu pun mudah terbawa air hingga mereka bercampur menjadi berwarna pekat lalu mengalir deras ke dataran rendah yang biasa menjadi tempat bermukim manusia.

Akibatnya, sungai itu akan mengalami pendangkalan akibat endapan lahar sehingga air pekat tersebut meluap merendam areal sekitar sungai.

Banjir Lumpur
Banjir ini merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh lumpur. Salah satu contoh identik yang masih terjadi sampai saat ini adalah banjir lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

Banjir ini jarang terjadi karena biasanya akibat kesalahan kontraktor dan juga proyek. Contoh kejadian banjir ini yaitu di Bitung pada 10 Desember 2019, menyebabkan 94 rumah warga rusak. (Dhelana Unggul Parastri)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini