MATA INDONESIA, JAKARTA – Matahari Departement Store akan menutup 13 gerainya di seluruh Indonesia. Hal ini dikarenakan kinerja keuangan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) masih belum membaik.
Sepanjang kuartal I 2021, LPPF mencatatkan penjualan kotor sebesar Rp 2,1 triliun. Capaian ini turun 23,6 persen dibanding realisasi pada 2020 dan lebih rendah 37,4 persen dibanding periode yang sama di 2019.
Adapun selama tiga bulan pertama di 2021 perseroan berhasil mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp 1,2 triliun. Sayangnya angka ini juga merosot 25 persen dibanding pendapatan 2020 dan turun 39,7 persen dibanding capaian 2019.
Dengan penjualan dan pendapatan yang masih lemah, Matahari Departemen Store pun masih mencatatkan rugi bersih senilai Rp 95 miliar atau hampir sama dengan periode tahun lalu. Adapun penurunan kinerja keuangan ini menurut manajemen disebabkan karena PSBB ketat yang masih diberlakukan pemerintah di awal tahun dan dilanjutkan dengan PPKM skala mikro hingga hari ini.
”Bisnis selama triwulan I 2021 masih terdampak oleh PSBB ketat yang berlaku hingga 8 Februari, yang kemudian berlanjut dengan PPKM Berskala Mikro yang sampai saat ini masih diterapkan,” ujar Chief Financial Officer Matahari, Niraj Jain, Selasa 27 April 2021.
Dengan kondisi yang masih berat dan tidak menentu tersebut, Perseroan pun mengakui memasukkan 23 gerai dalam radar pengawasan ketat. Dari jumlah tersebut 13 di antaranya terancam ditutup tahun ini.
“Perseroan dengan cermat mengawasi 23 gerai dalam pemantauan, dan berencana untuk menutup 13 gerai tahun ini,” ujarnya.
Sementara sepuluh gerai lainnya masih akan terus ditinjau. Di sisi lain perseroan juga tetap melakukan ekspansi dengan membuka satu gerai baru di Balikpapan, Kalimantan Timur pada April 2021.
”Kami terus beroperasi dalam situasi makro yang menantang. Kami memastikan pengendalian yang ketat atas beban operasional dan belanja modal. Kami terus mendapat dukungan dari pemilik mal dan pemasok,” ujar Jain.
Adapun LPPF juga menyatakan pihaknya telah memperpanjang fasilitas pinjaman bank senilai Rp 1 triliun dan mengakhiri triwulan 1 dengan saldo pinjaman bank sebesar Rp 480 miliar. “Perseroan terus mengambil posisi konservatif dalam situasi dengan ketidakpastian yang tinggi,” katanya.