MATA INDONESIA, JAKARTA – Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene, Provinsi Sulawesi Barat, Saharuddin ikut merespon kritik yang dilayangkan BEM UI kepada Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Saharuddin menyayangkan sikap BEM UI tersebut. Ia menilai aksi BEM UI bukanlah kritik yang berkualitas, namun hanya sekadar olok-olokan kepada presiden. Ia pun mengingatkan pentingnya menjaga etika sopan santun dalam menyampaikan pendapat.
“Seperti kita di wilayah Timur Indonesia, ada yang namanya “sipakalebbi’ dan ‘sipakatau’, rasa saling menghormati dan menghargai. Kritik tidak dilarang, tapi tetap kedepankan norma etika dan sikap intelektual sebagai kaum terdidik,” katanya, 4 Juli 2021.
Ia menegaskan bahwa presiden adalah simbol negara. Ibaratnya dalam organisasi, ketua organisasi adalah simbol yang sangat dihormati. Meskipun terdapat kekeliruan dalam kebijakan organisasi, penyampaian kritik harus tetap mengedepankan etika kesantunan.
Saharuddin juga menjelaskan bahwa sebagai negara berasas demokrasi, berekspresi di muka umum adalah hal yang sah-sah saja, asalkan tidak boleh kelewatan batas.
“Kita sebagai kaum intelektual harus berhati-hati dalam bersikap. Mahasiswa harus selalu kritis mengawal keberjalanan pemerintah, tapi jangan menjadi aktor-aktor penyebar ujaran kebencian dan penghinaan,” ujarnya.
Ia pun menyarankan agar sebaiknya BEM UI bersatu padu dengan seluruh masyarakat Indonesia mendukung pemerintah untuk mengatasi penyebaran covid-19 di tanah air. Menurutnya, masih banyak rakyat Indonesia yang terdampak akibat pandemi ini, kehilangan pekerjaan dan pendapatan berkurang.
“Sebagai insan yang mengamalkan tri dharma perguruan tinggi, seharusnya ikut terlibat membantu pemerintah melakukan percepatan penanganan Covid-19. Bukannya justru membuat pernyataan yang menghina dan mendiskreditkan Presiden,” katanya.
