Lockdown Dicabut, Polusi Udara Kian Menggila

Baca Juga

MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Negara-negara di Eropa mulai memberlakukan pencabutan lockdown setelah curva Covid-19 perlahan melandai. Namun, pencabutan pembatasan sosial justru berefek lain yang tak kalah buruknya, yakni polusi udara.

Mengutip The Independent, Kamis 25 Juni 2020, peningkatan pencemaran udara sangat signifikan terjadi di beberapa kota besar di Eropa.

Kota-kota termasuk Milan dan Paris terlihat mengalami peningkatan tajam emisi nitrogen dioksida, padahal sebelumnya berada di posisi terendah selama lockdown berlangsung.

Maklum, selama 3 bulan warga tertahan di rumahnya masing-masing. Setelah pencabutan lockdown, mereka kemudian beraktivitas normal dan kembali memenuhi jalan dengan kendaraan.

Paris telah mengalami peningkatan terbesar di antara kota-kota lainnya di Eropa, dengan emisi nitrogen dioksida naik dari 13,6 menjadi 29,7 mikrogram per meter kubik. Angka-angka didasarkan pada rata-rata selama sebulan.

Gambaran yang sama muncul di Brussel dan Milan, di mana tingkat polusi meningkat masing-masing sebesar 14,2 dan 13,9 mikrogram per meter kubik setelah lockdown akibat Covid-19 yang ketat dicabut.

Menurut situs web pelacakan lalu lintas TomTom, kemacetan di London telah meningkat pesat dalam beberapa pekan terakhir karena berbagai pembatasan aktivitas masyarakat mulai berkurang.

TomTom memperkirakan, kemacetan pekan lalu rata-rata 21 persen di ibu kota, peningkatan besar dari 8 persen yang tercatat pada pekan pertama April.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini