Letusan Gunung Tamboran Jadi Alasan Ditemukannya Sepeda

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTASepeda saat ini sedang tren dan banyak digandrungi oleh semua kalangan untuk digunakan saat masa pandemi corona ini. Namun tahukah anda diciptakannya sepeda saat itu di Eropa karena letusan Gunung Api Tambora di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 10 April 1815 atau tepatnya 205 tahun lalu.

Saat itu letusan Gunung Tambora menyebabkan hujan abu vulkanik sejauh 1.300 kilometer dari sumbernya. Bahkan dampak erupsi meluas sampai ke belahan dunia bagian Utara. Awan abu dan sulfur dioksida menutupi hampir seluruh Eropa dan menyebabkan tahun tanpa musim panas pada 1816.

Alhasil, tahun itu Eropa mengalami musim dingin sangat panjang dan terjadi gagal panen dan kelaparan massal. Orang-orang terpaksa menyembelih kuda karena bahan pakannya yang sedikit dan untuk menanggulangi kelaparan.

Namun, karena hal tersebut, membuat seorang pria asal Karlsruhe, Jerman, Baron Karl Von Drais menciptakan Laufmachine; cikal bakal sepeda yang kini jadi tren transportasi ramah lingkungan.

Semua itu bermula, saat dirinya membutuhkan transportasi untuk bepergian, namun ia tidak bisa menggunakan kudanya yang sedang sakit. Ia pun memutar otak agar bisa lebih cepat di perjalanan tanpa harus berjalan kaki.

Akhirnya terlintas di pikirannya membuat kendaraan yang mekanismenya mirip seperti kuda; ditunggangi dan mengandalkan keseimbangan. Ia menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menciptakan prototipe sepeda sederhana.

Sepeda sederhana itu memiliki dua roda, setang untuk berbelok, sadel untuk duduk, dan sebuah penopang dada. Namun bahannya memakai kayu dan didorong dengan kaki, bukan pedal kayuh.

Dengan Laufmachine, Karl Drais bisa menempuh perjalanan sejauh 4,5 kilometer dari Mannheim ke Schwetzinger Relaishaus dalam waktu satu jam dan bisa menghemat waktu daripada berjalan kaki.

Ia mulai memperkenalkan sepeda pertama di dunia itu ke koran di Mannheim, Jerman pada 12 Juni 1817. Pada 12 Januari 1818, penemuannya dipatenkan.

Namun, orang-orang saat itu tidak merasa nyaman mengendarainya karena tidak memiliki suspensi dan sulit melewati tanjakan. Terlebih kondisi jalan-jalan di Eropa saat itu terbilang buruk dan tak beraspal.

Karl Drais meninggal pada 1851 tanpa mendapat keuntungan dari penemuannya. Meski begitu, Laufmachine, jadi pijakan bagi pengembangan teknologi sepeda dan motor di masa selanjutnya.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini