Langkah Rupiah Hari ini Masih Diberatkan Sejumlah Sentimen Eksternal

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) diramalkan masih akan melemah pada Selasa 8 Oktober 2019.

Sebagai perbandingan, kemarin rupiah ditutup melemah 0,20 persen di level Rp 14.163 per dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim memperkirakan rupiah akan melemah di kisaran Rp 14.130 hingga Rp 14.200 per dolar AS.

Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar di antaranya sebagai berikut.

Pertama, kekhawatiran resesi memudar setelah data penciptaan lapangan kerja (di luar sektor pertanian) periode September 2019 versi resmi pemerintah AS diumumkan sebanyak 136.000. jumlah ini di bawah ekspektasi yang sebanyak 145.000.

Namun, tingkat pengangguran untuk periode yang sama tercatat turun ke level 3,5 persen, dari yang sebelumnya 3,7 persen pada bulan Agustus. Angka tersebut merupakan yang terendah dalam 50 tahun terakhir.

“Tetapi itu tidak banyak mengubah ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga yang mungkin pada tinjauan kebijakan berikutnya pada 29 hingga 30 Oktober mendukung ekonomi,” ujar Ibrahim.

Kedua, ada simpang siur soal damai dagang antara AS dan China. Menurut Reuters, pejabat China memberi sinyal bahwa mereka semakin enggan untuk menyetujui kesepakatan perdagangan luas yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Di sisi lain, pembicaraan perdagangan tingkat tinggi AS-China dijadwalkan dilanjutkan Kamis dan Jumat.

Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin di Washington.

“Trump bulan lalu menunda retribusi pendakian atas impor Cina senilai 250 miliar dolar AS menjadi 30 persen dari saat ini 25 persen hingga 15 Oktober nanti, dari yang semula dijadwalkan 1 Oktober. Ini sebagai isyarat niat baik’,” katanya.

Ketiga, soal Brexit, Inggris mengatakan terbuka untuk beberapa fleksibilitas pada mekanisme yang diusulkan. Aturan ini akan memungkinkan anggota parlemen di Irlandia Utara pasca-Brexit untuk memutuskan apakah provinsi Inggris tetap dalam keselarasan peraturan dengan Uni Eropa.

“Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sedang mencari perubahan signifikan tentang bagaimana masalah yang paling diperdebatkan yaitu soal perbatasan antara Irlandia Utara yang diperintah Inggris dan anggota UE Irlandia. Pihak Uni Eropa dan Irlandia mengatakan pada pekan lalu bahwa proposal itu tidak mungkin menghasilkan kesepakatan,” ujarnya.

Berita Terbaru

Waspada Ancaman Radikalisme Jelang Pilkada Papua 2024

Jayapura – Masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap potensi munculnya ancaman radikalisme, terorisme serta tindakan intoleransi jelang Pilkada Serentak 2024. Menjelang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini