Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang terkait potensi tsunami di Kulon Progo, khususnya di kawasan lintas bawah jalur lintas selatan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).
Kepala Stasiun Geofisika Sleman, Ardhianto Septiadhi, menegaskan bahwa tsunami di wilayah ini masih sebatas potensi, bukan prediksi. Oleh karena itu, yang lebih utama adalah kesiapsiagaan dan mitigasi risiko.
“Kita tidak perlu panik atau takut, tapi harus memahami langkah-langkah mitigasi tsunami,” ujar Ardhianto Sabtu 15 Maret 2025.
Ia menjelaskan bahwa DIY berada di zona subduksi sepanjang 150-200 km, tempat bertemunya lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Interaksi kedua lempeng ini membentuk zona megathrust yang berpotensi memicu gempa bumi besar.
Kulon Progo bagian selatan termasuk dalam zona merah tsunami karena lokasinya dekat dengan Samudra Hindia dan terdampak aktivitas subduksi tersebut.
Berdasarkan pemetaan dari Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), skenario terburuk menunjukkan potensi gempa bermagnitudo 8,7 yang dapat memicu tsunami di kawasan selatan, termasuk Kulon Progo.
“Dari catatan sejarah, tsunami pernah terjadi di wilayah ini pada tahun 1840 dan menelan korban jiwa. Maka dari itu, kita harus belajar dari kejadian masa lalu,” tambahnya.
Ardhianto menegaskan bahwa waktu terjadinya gempa bumi tidak bisa diprediksi secara pasti, sehingga masyarakat harus memahami langkah mitigasi dan selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG.
“Golden time kita hanya sekitar 10 menit setelah gempa terjadi. Jadi, yang terpenting adalah kesiapan, bukan ketakutan,” jelasnya.
Menjelang periode mudik Lebaran 2025, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengusulkan skema buka-tutup lalu lintas di jalur lintas bawah Kulon Progo untuk mengurangi kepadatan kendaraan dan mempercepat evakuasi jika terjadi tsunami.
BMKG juga mengingatkan masyarakat agar memahami perbedaan antara potensi dan prediksi.
Prediksi memiliki skala waktu yang jelas, seperti prakiraan cuaca harian atau mingguan.
Sementara itu, potensi tidak memiliki kepastian kapan terjadi, namun tetap harus diwaspadai.
“Tsunami di Kulon Progo adalah potensi, bukan prediksi. Waktu terjadinya tidak bisa dipastikan, tapi kemungkinannya ada. Inilah alasan mitigasi menjadi sangat penting,” tegas Ardhianto.
BMKG memastikan layanan informasi tetap aktif 24 jam, termasuk selama libur Lebaran, untuk memberikan pembaruan terkait cuaca, gempa bumi, dan tsunami.
“Kami terus menyediakan informasi dan membangun sistem peringatan dini serta respons cepat bersama pemerintah daerah dan stakeholder guna memastikan langkah mitigasi yang tepat saat terjadi bencana ekstrem,” ujar dia.