MATA INDONESIA, BERLIN – Krisis energi yang terus berlarut-larut di Jerman membuat negara ini mengalihkan sumber energinya ke Batu Bara.
Majelis tinggi dan rendah Parlemen Jerman (Bundesrat dan Bundestag), Sabtu 9 Juli 2022 menyetujui lebih banyak penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menggantikan penggunaan gas dalam menghasilkan listrik.
Keputusan itu muncul sebagai tanggapan atas konflik Rusia-Ukraina dan pemangkasan ekstrem pasokan gas Rusia via jalur pipa Nord Stream 1. Jerman menargetkan penggunaan lebih sedikit gas untuk menghasilkan listrik dan mengisi kembali fasilitas penyimpanan di negara tersebut.
“Situasi di pasar gas sedang tegang,” ujar Menteri Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman Robert Habeck.
Tujuannya adalah untuk “mempertahankan pasokan dasar selama musim dingin mendatang dan menjaga pasar energi beroperasi selama mungkin, meskipun dengan tingginya harga dan risiko yang kian meningkat,” kata Habeck.
Keputusan Bundestag terkait penggunaan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara untuk sementara merupakan “keputusan yang terlambat, tetapi ini adalah hal yang tepat,” kata Presiden Federasi Industri Jerman (Bundesverband der Deutschen Industrie/BDI) Siegfried Russwurm.
Saat ini, pasokan gas di Jerman stabil secara keseluruhan, tetapi “situasi yang kian memburuk tidak dapat dikesampingkan,” ujar Badan Jaringan Federal Jerman (Bundesnetzagentur/BNetzA).
Kini, fasilitas penyimpanan gas di Jerman terisi 63 persen dari kapasitas yang ada.
Sementara itu, aliran gas via jalur pipa Nord Stream 1 turun hingga 40 persen dari kapasitas yang ada. Jika pasokan gas Rusia “tetap berada pada level serendah ini, hampir tidak mungkin untuk mencatatkan tingkat penyimpanan 90 persen pada November tanpa langkah-langkah tambahan,” kata BNetzA.
“Demi menghemat gas sebanyak mungkin, kami secara bertahap akan meluncurkan pengurangan suhu alat pemanas pada malam hari untuk sistem pemanas sentral gas dalam portofolio kami,” kata perusahaan perumahan Jerman Vonovia.