MATA INDONESIA, JAKARTA-Saat ini, ancaman terhadap keamanan negara tidak hanya didominasi oleh kekuatan militer suatu negara lain, tapi juga oleh kekuatan aktor yang bukan negara (nonstate actors).
Kekuatan ini tidak hanya menyerang instansi militer melainkan juga mengancam seluruh aspek kehidupan. Ancaman nonstate actors saat ini tampil dalam berbagai bentuk, seperti terorisme, gerakan separatis bersenjata (insurgency), dan ancaman melalui dunia maya (cyber-crime).
Bentuk ancaman nonkonvensional ini juga disebut asymmetric warfare atau perang asimetris. Selain terorisme dan perang melalui dunia maya, yang juga termasuk dalam ancaman jenis ini adalah perusakan lingkungan, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), penyelundupan, pencurian kekayaan laut, imigran gelap.
Jenis ancaman seperti ini dapat mengganggu kestabilan keamanan dan kedaulatan nasional. Karena itulah TNI sebagai alat negara berkewajiban untuk meniadakan segenap sumber ancaman, baik yang bersifat konvensional maupun nonkonvensional.
Dengan kualitas ancaman yang semakin canggih maka kekuatan TNI pun harus dilengkapi dengan berbagai peralatan yang supermodern untuk bisa mendeteksi secara lebih dini berbagai ancaman tersebut.
Nah, dalam hal ini Tentara Nasional Indonesia (TNI) membentuk pasukan khusus gabungan Tri Matra TNI serupa dengan Delta Force Amerika Serikat (AS) bernama satuan Komando Operasi Khusus (Koopssus).
Salah satu tugas Koopssus TNI ialah melaksanakan operasi non/militer prioritas utama dan dengan jaminan keberhasilan tingkat tinggi jika tak mau dibilang memuaskan.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjant mengatakan, Koopssus dibentuk karena TNI melihat ancaman yang semakin kompleks dan membutuhkan satuan yang memiliki interoperabilitas tinggi serta kemampuan Tri Matra.
Adapun kemampuan Tri Matra yang dimaksudkan adalah Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Koopssus membawahkan operasi menggunakan tiga matra. Namun, dalam operasinya sesuai dengan tugas masing-masing matra, termasuk dalam mengatasi aksi terorisme.
Pada era digital dan otomasi saat ini, lanjut Panglima TNI, Koopssus harus berada dalam kesiapsiagaan yang tinggi untuk digerakkan kapan pun dan ke mana pun.
Termasuk dapat beradaptasi dengan konsep-konsep baru melalui pemanfaatan domain baru dalam peperangan modern (modern warfare).
Menurut dia, penguasaan terhadap teknologi informasi, siber, internet, dan hal-hal yang berhubungan dengan dunia maya menjadi kekuatan pengganda dalam tugas operasi. Selain itu, Koopssus juga harus membangun sistem yang efektif dan modern.
“Dengan menggabungkan kekuatan kinetik dan non-kinetik, Koopssus dapat menuntaskan setiap tugas yang diberikan dengan cepat, akurat, dan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi,” katanya.