Konsolidasi Nasional APMI: Mahasiswa Sawit Siap Jadi Garda Depan Kebun Rakyat Berkelanjutan

Baca Juga

Mata Indonesia, Yogyakarta – Asosiasi Planters Muda Indonesia (APMI) menyelenggarakan Konsolidasi dan Workshop Nasional 2025 sebagai bagian dari refleksi menuju satu dekade pelaksanaan program beasiswa sawit.

Acara ini berlangsung pada 23–24 April 2025 di Aula AKPY STIPER Yogyakarta, diikuti oleh 500 mahasiswa dari 23 perguruan tinggi penerima beasiswa sawit di seluruh Indonesia.

Dengan dukungan penuh dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk mengevaluasi kontribusi beasiswa terhadap peningkatan produktivitas dan keberlanjutan perkebunan sawit rakyat, yang kini mengelola 41,6 persen dari total luas kebun sawit nasional.

Ketua Umum BPP APMI, Muhammad Nur Fadillah, dalam sambutannya menegaskan bahwa beasiswa sawit bukan sekadar bantuan pendidikan, tetapi merupakan investasi jangka panjang untuk menciptakan SDM unggul yang berpihak pada masa depan perkebunan rakyat.

“Program ini bertujuan mencetak generasi muda yang mampu menjadi agen perubahan di sektor sawit, bukan hanya sebagai penerima manfaat,” ujar Fadil dalam keterangannya, Rabu 23 April 2025.

Selama hampir sepuluh tahun, ribuan mahasiswa telah memperoleh manfaat dari beasiswa ini.

Namun, Fadil menyoroti perlunya evaluasi mendalam terhadap dampak nyata di lapangan, terutama dalam menjawab tantangan produktivitas, adopsi teknologi, dan sertifikasi ISPO di sektor sawit rakyat.

Pada hari pertama, forum konsolidasi menghasilkan tiga rekomendasi strategis. Pertama, memperkuat kolaborasi mahasiswa dengan petani sawit melalui program pengabdian berbasis kemitraan.

Kedua, mengembangkan Gerakan Klinik Perkebunan Rakyat dengan konsep ‘1 Mahasiswa 1 Petani’ sebagai jembatan pengetahuan dan advokasi lapangan.

Ketiga, mendorong digitalisasi dan pemanfaatan teknologi untuk mempercepat transformasi kebun sawit rakyat, termasuk pelatihan penggunaan drone, pemetaan spasial, dan sistem monitoring berbasis data.

“Mahasiswa harus berperan aktif sebagai penggerak inovasi dan mitra strategis petani, bukan sekadar pengamat akademik,” katanya.

Hari kedua kegiatan diisi dengan Workshop Nasional bertema ‘Pengenalan dan Aplikasi Dasar Drone untuk Perkebunan Sawit Rakyat’.

Pelatihan ini bertujuan membekali mahasiswa dengan keahlian teknis dalam penggunaan teknologi drone, mulai dari pemetaan lahan, pemantauan kesehatan tanaman, hingga penyemprotan herbisida presisi.

Workshop ini dibagi menjadi tiga sesi utama: pengenalan teknologi drone, pelatihan teknis dan perencanaan jalur terbang (flight mapping), serta demonstrasi lapangan.

Menurut Fadil, pelatihan ini menjadi langkah nyata agar mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang relevan dan langsung bisa diterapkan bersama petani.

“Kita tidak cukup hanya bicara sertifikasi ISPO di atas kertas. Mahasiswa harus turun langsung ke kebun dan menjadi bagian dari tata kelola sawit yang berkelanjutan,” tambahnya.

Sebagai bentuk tindak lanjut, APMI akan menyusun dokumen rekomendasi berisi solusi konkret untuk diserahkan kepada BPDP, Direktorat Jenderal Perkebunan, serta pemangku kepentingan lainnya.

Dokumen ini akan memuat peta jalan integrasi antara pendidikan, pengabdian, dan teknologi dalam mendukung kemajuan perkebunan sawit rakyat Indonesia.

“Ini saatnya generasi muda menunjukkan kontribusi nyatanya. Investasi pada SDM muda adalah kunci untuk masa depan industri sawit yang berkelanjutan,” ujar Fadil.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sidang Perdana PUIC 2025 Dimulai, Indonesia Gaungkan Kepemimpinan Parlemen Negara Islam

Mata Indonesia, Jakarta – Sidang pertama Konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) resmi digelar di...
- Advertisement -

Baca berita yang ini