MATA INDONESIA, JAKARTA – Menjelang wafatnya, Sutopo Purwo Nugroho bisa dibilang hidup serba berkecukupan. Kehidupan yang kontras dengan masa kecilnya yang serba kekurangan bahkan saat lahir orang tuanya harus meminjam tikar tetangga.
Sutopo Purwo Nugroho yang merupakan anak pertama dari pasangan Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari sejak kecil sudah hidup prihatin.
Orang tuanya yang berprofesi guru tinggal di Boyolali dan mengontrak rumah bilik bambu bambu. Menurut cerita orang tuanya, rumah kontrakan yang mereka tinggali itu bolong-bolong dimakan rayap. Lantainya pun dari tanah dan belum teraliri listrik.
Sutopo lahir di tikar pinjaman karena persalinan ibunya tidak dilakukan rumah sakit atau di bidan. Dia lahir di rumah kontrakan orang tuanya yang reyot.
Begitu miskinnya keluarga Sutopo saat itu, sampai-sampai ketika musim hujan datang mereka mendapat penganan gratis yaitu laron goreng.
Itu adalah serangga bersayap yang muncul saat hujan usai dengan sayap yang sudah rontok di tanah. Di kalangan masyarakat Jawa laron biasanya digoreng kering untuk dijadikan kudapan sederhana.
Begitulah dua hal di masa sulit kehidupannya yang selalu dikenang Sutopo saat masih hidup.