Gempa Bumi Berentetan dalam Sehari, Ini Penjelasan BMKG

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Gempa bumi yang terjadi berentetan dalam sehari pada Selasa 7 Juli 2020 menimbulkan kekhawatiran, bahwa semuanya saling berkaitan satu sama lain.

Seperti diketahui, gempa laut terjadi di utara Jepara berkekuatan Magnitudo 6,1 pada pukul 05.45 WIB. Dilanjutkan dengan gempa di selatan Banten M 5,1 pada 11.44 WIB, lalu gempa di selatan Garut M 5,0 pukul 12.17 WIB dan terakhir gempa di Selat Sunda M 5,2 pada 13.16 WIB.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menyebut, seluruh gempa berada pada sumber berbeda, dengan mekanisme yang beragam.

“Sebenarnya apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing,” kata Rahmat di Jakarta, Selasa 7 Juli 2020.

Rahmat menjelaskan bahwa gempa mengalami akumulasi medan tegangan mencapai stress maksimum, hingga mengalami rilis energi sebagai gempa yang masing-masing, tidak saling terkait.

Indonesia disebutnya memiliki banyak sumber gempa sehingga jika terjadi di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktunya yang relatif berdekatan maka itu hanya kebetulan saja.

“Hal ini sulit diprediksi tetapi dengan adanya rentetan aktivitas gempa ini tentu patut kita waspadai. Karena dalam ilmu gempa atau seismologi, khususnya pada teori tipe gempa itu ada tipe gempa besar yang kejadiannya diawali dengan gempa pendahuluan atau gempa pembuka,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini