Ketua Umum DPP IMABA: Jawa Timur Perlu Gubernur Berhaluan Aswaja

Baca Juga

Mata Indonesia – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Bata-bata (DPP IMABA) Supra, menyatakan bahwa Jawa Timur membutuhkan pemimpin yang memiliki ideologi Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) untuk menjaga harmoni masyarakat dan memperkuat identitas keislaman di wilayah tersebut.

Menurutnya, Aswaja yang dikenal dengan sikap tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang) sangat relevan dengan kondisi keberagaman di Jawa Timur. Ia mengingatkan bahwa provinsi ini memiliki latar belakang masyarakat yang heterogen, baik dari sisi etnis maupun agama, sehingga diperlukan pemimpin yang mampu memelihara kerukunan dan persatuan.

“Jawa Timur, dengan banyaknya pesantren dan lembaga pendidikan Islam, membutuhkan pemimpin yang memahami betul nilai-nilai Aswaja. Ideologi ini terbukti mampu menjembatani perbedaan dan menghindari ekstremisme yang dapat merusak keharmonisan sosial,” kata Supra.

Ia juga menyoroti pentingnya pemimpin yang mampu berkolaborasi dengan semua elemen masyarakat, termasuk ulama dan santri, dalam menjaga kestabilan daerah dan melanjutkan pembangunan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip keislaman yang moderat.

“Tidak hanya sekadar administrasi pemerintahan, tapi juga soal arah kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan tradisi lokal yang kuat. Gubernur Jawa Timur harus mampu menjaga kearifan lokal sambil membuka diri terhadap perkembangan zaman,” tambahnya.

Selain itu, Supra mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama kaum muda dan santri, untuk turut aktif dalam proses politik dan memastikan bahwa pemimpin yang dipilih benar-benar mewakili kepentingan rakyat dan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa Timur.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Generasi Muda Harus Jaga Nilai Kemerdekaan di Tengah Gempuran Budaya Pop

Oleh: Aulia Sofyan Harahap )* Seluruh generasi muda Indonesia harus terus menjaga nilai kemerdekaan meski di tengah adanya berbagai macam gempuran budaya pop, termasuk yang sedangmenjadi tren belakangan ini yakni anime One Piece. Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, ruang digital terus ramai memperbincangkan adanya fenomena pengibaran bendera bajak lautdari serial anime One Piece.  Simbol tengkorak dengan topi jerami itu muncul di sejumlah lokasi, yang kemudianmenyulut pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian menganggapnya sebagaibentuk ekspresi semata, namun sebagian lainnya justru menilai bahwa pengibaranbendera One Piece itu sebagai salah satu bentuk upaya provokasi yang berpotensimengaburkan nilai-nilai sakral kemerdekaan. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Ahmad Muzani merespons seluruh haltersebut dengan pandangan yang lebih moderat. Ia memandang bahwa tindakantersebut sebagai ekspresi kreatif dari masyarakat, terutama pada para generasimuda yang tengah hidup dalam era digital dan budaya global.  Meski begitu, ia tetap menegaskan bahwa sejatinya semangat kebangsaan yang dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia tidak akan pernah tergantikan oleh apapun bahkan termasuk keberadaan budaya pop sekalipun. Muzani meyakinibahwa di balik simbol asing yang diangkat tersebut, seluruh masyarakat sejatinyatetap menyimpan Merah Putih dalam lubuk hati mereka. Senada dengan hal itu, politikus Andi Arief memandang bahwa pengibaran benderatersebut memang bukan sebagai bentuk pemberontakan, melainkan sebagai simbolharapan. Ia membaca tindakan itu sebagai protes yang muncul dari keresahan, namun tetap mengandung semangat untuk membangun Indonesia tercinta. Bagi sebagian kalangan, ekspresi semacam itu bukan berarti meninggalkan kecintaanpada tanah air, tetapi justru sebagai bentuk pencarian atas harapan yang lebih baikbagi bangsa. Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli...
- Advertisement -

Baca berita yang ini