Ketika Selebriti Dunia Mengutuk Invasi Rusia

Baca Juga

MATA INDONESIA, KIEV – Tak ada pembenaran untuk sebuah peperangan. Dan wajar rasanya bila penduduk dunia mengecam invasi Rusia terhadap Ukraina yang dimulai sejak Kamis (24/2).

Masyarakat dari seluruh dunia pun beraksi terhadap krisis yang tengah terjadi di wilayah Eropa timur, setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan invasi skala penuh ke negara bekas bagian dari Uni Soviet tersebut.

Pada Kamis pagi waktu Moskow, Presiden Putin mengumumkan invasi militer khusus di timur Ukraina. Beberapa saat setelah pengumuman, ledakan demi ledakan melanda kota-kota di seluruh Ukraina, termasuk pinggiran Kharkiv, Kramatorsk, dan ibukota Kiev.

Negara-negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris seketika mengumumkan sanksi terhadap Rusia. Konflik yang terus meningkat dan menimbulkan korban jiwa pun memicu gelombang reaksi dari selebriti papan atas dunia, mereka kompak mengutuk serangan Rusia.

Model kenamaan Gigi Hadid dan Kendall Jenner, penyanyi Cardi B dan lainnya telah menggunakan media sosial mereka untuk mengecam invasi Rusia.

“Hati saya terluka untuk Ukraina dan semua yang terpengaruh oleh kenyataan yang tak terbayangkan ini. Tindakan Putin merupakan ancaman bagi setiap negara Demokrat di dunia dan harus dihentikan,” tulis Gigi Hadid di Instagram-nya, melansir Extra TV.

Bintang The Keeping Up With the Kardashians, Kendall Jenner juga menyuarakan keprihatinannya melalui IG Story dan menulis, “doa untuk Ukraina.”

“Apa yang sebagian besar dari kita pelajari sebagai anak-anak di taman bermain: Anda tidak akan berdiam diri saat anak besar memukuli anak kecil. Anda mungkin menerima satu atau dua pukulan untuk membuat anak besar itu berhenti, tapi itu hal yang benar untuk dilakukan,” tulis Stephen King dalam unggahan yang dibagikan secara luas di Twitter.

Cardi B juga membagikan ulang tweetnya dari awal minggu yang berbunyi, “Semoga para pemimpin dunia ini (akan) berhenti tersandung kekuasaan dan benar-benar memikirkan siapa yang benar-benar terpengaruh (warga negara) selain seluruh dunia dalam krisis. Perang, sanksi , invasi harus menjadi hal terakhir yang harus dikhawatirkan oleh para pemimpin ini.”

“Ini adalah tindakan perang oleh preman pengganggu-anak yang tidak berpikir seluruh dunia memiliki nyali atau keinginan untuk menghentikannya … Memalukan,” tulis presenter kondang, Piers Morgan dalam akun Twitter-nya.

Sementara itu, penyanyi Annie Lennox menggunakan akun Instagram-nya dan menulis, “’Harga’ macam apa yang harus dibayar orang biasa untuk kegilaan mimpi buruk dan kebrutalan dari ‘invasi’ dan ‘perang’? Atau ini hanya tipuan yang rumit? Taktik menakut-nakuti? Ancaman?”

Penyanyi nominasi Grammy Regina Spektor juga mengutuk tindakan Putin dan mengisahkan bagaimana sebuah kengerian perang  dalam sebuah posting Instagram. “Di Ukraina hanya jutaan warga sipil yang ditarik ke dalam perang, dan di Rusia ada anak-anak yang dikirim untuk berperang dan mati tanpa alasan.”

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini