Keren, Sejumlah Perusahaan Lakukan Pengurangan Emisi Karbon

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Beberapa perusahaan sudah menjalani instruksi pemerintah yang mematok target nol emisi karbon dan dijalani secara sukarela.

Pemerintah Indonesia telah mematok target zero emission atau nol emisi karbon pada tahun 2070 nanti. Di antara perusahaan yang sudah melakukan penguranan emisi karbon di antaranya, perusahaan energi Indika Energy dan perusahaan aplikasi GoTo (hasil merger antara Gojek dengan Tokopedia).

Mereka mulai merealisasikan visinya untuk bergerak mengurangi tingkat emisi dari produk yang dihasilkan.

“Sebelumnya, sejak 2005 sampai dengan tahun 2017, sebesar 75 persen pendapatan perusahaan berasal dari bisnis pertambangan batubara. Di tahun setelahnya (2018) kami melakukan divestasi usaha ke bidang-bidang non batubara,” kata ice President Director Indika Energy & Group ECO Indika Energy, Azis Armand.

“Karena kami menyadari, bahwa zero emission merupakan sebuah keniscayaan. Jadi, mau tidak mau, era itu akan terjadi,” ujarnya.

Selain itu, di operasional internal perusahaan kendaraan-kendaraan yang digunakan sebagai sarana angkutan karyawan maupun barang menggunakan bahan bakar biofuel atau sumber energi ramah lingkungan lainnya. Meski, tidak dimungkiri di tambang-tambang yang dikerjakan oleh para kontraktor (perusahaan ketiga yang mengerjakan proyek dari Indika) masih banyak yang menggunakan sumber energi dari bahan bakar fosil.

“Karena kalau kita samakan dengan apa yang terjadi di internal kami (Indika Group, dengan menggunakan kendaraan berbahan bakar biofuel atau sumber energi bersih lainnya) akan mengubah kontrak, sehingga tidak mudah. Tetapi, yang pasti, komitmen kami adalah bagaimana menyiapkan diri di era zero emission nanti,” ucapnya.

Sementara itu, Group Head of Sustainability Goto, Tanah Sullivan, menyebut meski baru pada tahap awal atau piloting namun perusahaannya telah mulai menjalankan pengurangan jejak karbon. Pada aplikasi Gojek terdapat fitur GoGreener, dimana para pengguna jasa angkutan berbasis aplikasi itu akan mengetahui seberapa banyak tingkat emisi karbon.

“Ini merupakan fitur pertama (di perusahaan aplikasi) di dunia. GoGreener Carbon Offset ini mengajak pengguna jasa angkutan dari Goto untuk menyeimbangkan jejak karbon mereka atau carbon offset. Lalu, bagaimana mengompensasi carbon offset itu dengan menanam pohon yang mereka sumbangkan,” katanya.

Dibutuhkan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan. Baik di antara pelaku usaha di sektor swasta, masyarakat, hingga pemerintah untuk mewujudkan hal ini. Insentif – baik yang bersifat fiskal, maupun non fiskal khususnya moneter – juga sangat dibutuhkan. Pasalnya, untuk mewujudkan langkah menuju era zero emission ini dibutuhkan investasi yang sangat besar.

“Kalau kita terlalu frontal memberlakukan zero emission secara tiba-tiba, sementara masa kontrak bisnis sektor-sektor tertentu yang tidak sesuai dengan zero emission itu masih terjadi, kita bisa digugat. Penyelesaiannya ke pengadilan internasional, dan kita harus bayar ganti rugi. Jadi, dengan tahun 2060, kita punya waktu untuk melakukan transisi,” ujar Direktur Direktorat Lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Medrilzam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Asosiasi Planters Muda Indonesia Gelar Workshop UMKM Muda Bersama BPDPKS dan GAPKI Dalam Menangkal Kampanye Hitam Kelapa Sawit

Mata Indonesia, Yogyakarta - Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas andalan bagi pendapatan nasional dan devisa negara, dimana total ekspor perkebunan pada tahun 2018 mencapai US$ 28,1 miliar atau setara dengan Rp393,4 Triliun dan bahkan menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebut bahwa industri kelapa sawit berhasil menopang ekonomi Indonesia sepanjang 2023 sebanyak Rp600 triliun.
- Advertisement -

Baca berita yang ini