Kenakan Beskap Jawa, Nadiem Makarim Sebut Pengangkatannya Sinyal Buat Pemuda

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Hari ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim berpenampilan lain karena mengenakan pakaian beskap dan kain tradisional Jawa saat memimpin upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda. Dia mengobarkan semangat pemuda  berani bangkit dan melangkah, karena pengangkatannya sinyal untuk itu.

“Maksud saya itu adalah, ini suatu sinyal, suatu sinyal bahwa ini saatnya pemuda bangkit, ini saatnya pemuda bukan hanya berpikirkan bagaimana caranya sukses untuk dirinya, tapi juga untuk bangsanya,” kata Nadiem, Senin 28 Oktober 2019.

Meski terbiasa dengan dunia modern yang dipenuhi teknologi terutama teknologi informasi yang dikuasainya, namun Nadiem tidak tampak canggung sama sekali mengenakan pakaian adat Jawa di peringatan 111 tahun Sumpah Pemuda di Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dia tidak terlihat berjalan tertatih-tatih dengan beskap putih, kain dan belangkon coklat yang dia kenakan. Dia justru tampak elegan.

Benar, Nadiem memang keturunan Arab, hal itu juga dikuatkan dengan nama belakangnya. Tetapi, ayahnya Nono Anwar Makarim dan sang ibu Atika Algadrie tampak membesarkannya dalam budaya tempat mereka tinggal. Ayahnya berasal dari Pekalongan sedangkan ibunya dari Pasuruan.

Dalam upacara-upacara adat seperti “tedak siten” ketika anaknya, Solara baru bisa berjalan, Nadiem juga tidak segan mengenakan pakaian adat Jawa.

Jadi, jangan heran kalau menteri termuda itu terbiasa tampil menggunakan baju adat Jawa karena memang bukan barang baru baginya. (Yuri Giantini)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini