Kehadiran Vaksin Nusantara Khawatirkan Pakar dan Dokter

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Munculnya wacana Vaksin Nusantara ternyata mengkhawatirkan para pemangku kepentingan seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) maupun epidemiolog. Apalagi, sejatinya vaksin itu bukan karya orang Indonesia tetapi produksi Aivita Biomedical Inc, Amerika Serikat.

“Bukan hanya @PBIDI yg khawatir, Mas Daeng. Dunia ikut cemas, logika vaksin personal kok diterima, dasar immunotherapy tdk pas untuk atasi pandemi,” begitu pesan epidemiolog Pandu Riono yang diterima Mata Indonesia News, Rabu 24 Februari 2021.

Seperti halnya Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih, Pandu menilai Vaksin Nusantara belum terbukti aman dan efektif karena masih melakukan uji klinisi tahap 1.

Sebelumnya, Daeng mengungkapkan dalam mengembangkan vaksin harus ada laporan kepada publik setiap tahapnya, bahkan ke WHO. Vaksin Nusantara boleh dikembangkan jika memenuhi prosedur tersebut dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi.

Associate Profesor Bioteknologi Universiti Putra Melayu, Bimo Ario Tejo Ph.D mengakui Vaksin Nusantara yang menggunakan bahan dasar sel dendritik memang akan menghasilkan vaksin yang lebih baik dari vaksin inactivated.

Pada terapi kanker, teknologi itu digunakan untuk membangkitkan sel imun untuk melawan penyakit tersebut.

Namun biaya tiga kali suntikan vaksin menurut Bimo bisa mencapai Rp 1,3 miliar yang artinya vaksin tersebut hanya cocok untuk orang kaya dibandingkan vaksinasi massal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini