MATA INDONESIA, JAKARTA – Semakin banyaknya ditemukan kasus Covid-19 di sekolah meski bukan menjadi klaster sekolah, seharusnya menjadi evaluasi untuk pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen.
Hal itu merupakan komentar chairman Junior Doctor Network (JDN), dr. Andi Khomeini Takdir melalui pesan yang dilihat, Rabu 26 Januari 2022.
“Semakin banyak CoV (Covid-19) terdeteksi di sekolah. Mas menteri @nadiemmakarim, sudah waktunya untuk mengevaluasi PTM,” ujar lelaki yang dipanggil Dokter Koko itu.
Namun, pemerintah memastikan, pembelajaran tatap muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen tetap dilanjutkan di tengah mewabahnya varian Omicron.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan sekolah bisa melakukan langkah-langkah mitigasi, apabila ditemukan kasus positif saat PTM berlangsung.
Salah satunya adalah penghentian sementara PTM sekurang-kurangnya dua minggu pada satuan pendidikan atau sekolah.
Wiku menyebut, kriteria sekolah yang bisa menghentikan PTM adalah jika memiliki klaster penularan Covid-19 dengan angka positivity rate hasil surveilans epidemiologis sebesar 5 persen.
Selain itu, memiliki notifikasi hitam pada aplikasi PeduliLindungi dengan angka sebesar 5 persen.
Wiku melanjutkan, apabila hasil surveilans epidemiologi menunjukkan tidak ada klaster di sekolah dan angka positivity rate di bawah 5 persen, PTM hanya dihentikan pada kelompok belajar yang terdapat kasus konfirmasi selama 5×24 jam.
Lebih lanjut, Wiku mengingatkan, seluruh sekolah untuk memenuhi persyaratan sesuai yang diamanatkan dalam SKB 4 Menteri.