MATA INDONESIA, LONDON – Jumlah infeksi Covid-19 di Afrika bisa tujuh kali lebih tinggi dari yang ditunjukkan oleh data resmi.
Menurut Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Afrika, Dr Matshidiso Moeti kematian akibat virus juga bisa dua hingga tiga kali lebih tinggi dari statistik karena kualitas laporan.
“Kami sangat menyadari bahwa masalah sistem pengawasan yang kami miliki di benua ini, dengan akses ke pasokan pengujian, misalnya, telah menyebabkan rendahnya kasus-kasus tersebut,” kata Dr Matshidiso Moeti dalam press brief Kamis 10 Februari 2022.
Menurut angka WHO, Afrika menjadi salah satu benua yang paling sedikit terkena dampak Covid-19. Angka kasus dan kematian masih di bawah perhitungan.
Beberapa ahli menyebutkan faktor seperti demografi benua yang lebih muda dan kecenderungan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan, menjadi salah satu alasannya.
Sementara, Moeti menyebut bahwa Afrika saat ini sedang melakukan transisi untuk keluar dari fase pandemi menuju pengelolaan jangka panjang.
Dia mengklaim, benua Afrika menjadi lebih pintar, lebih cepat, dan lebih baik dalam menanggapi setiap lonjakan baru kasus Covid-19.
Percepatan vaksinasi jadi perhatian dalam usaha ini. Sebab saat banyak negara sudah mempertimbangkan booster, data menunjukan hanya 11 persen populasi orang dewasa Afrika yang baru mendapat vaksin.
“Kami pikir kami sedang bergerak sekarang. Terutama dengan vaksinasi yang akan meningkat. Ke dalam apa yang mungkin menjadi semacam endemik hidup dengan virus,” kata Moeti.