MATA INDONESIA, JAKARTA – Vaksinasi dan mulai diproduksinya obat-obatan Covid-19 dunia mampu menekan pandemi setidaknya selepas 2022. Indikasinya dalam tiga bulan terakhir rata-rata kasus harian akibat Varian Delta hasil mutasi Virus SARS-Cov-2 turun sekitar 36 persen.
Menurut catatan Reuters, pakar kesehatan dunia optimis banyak negara telah melupakan pandemi terburuk berkat vaksin dan paparan alami. Namun mereka tetap mengingatkan cuaca dingin dan libur akhir tahun bisa meningkatkan kembali penularan Covid-19.
“Kami pikir antara sekarang dan akhir 2022, ini adalah titik di mana kami mengendalikan virus ini … di mana kami dapat secara signifikan mengurangi penyakit parah dan kematian,” seorang ahli epidemiologi yang memimpin Organisasi Kesehatan Dunia, Maria Van Kerkhove, mengatakan kepada Reuters.
Obat-obatan yang diprediksi kuat mampu mengakhiri pandemi ini adalah molnupiravir yang dikembangkan Merck (MRK.N) dan Ridgeback Biotherapeutics.
Studi menunjukkan obat itu dapat mengurangi separuh kemungkinan kematian atau dirawat di rumah sakit bagi mereka yang paling berisiko menderita Covid-19 parah ketika diberikan di awal penyakitnya.
Namun, saat ini infeksi masih meningkat di 55 dari 240 negara. Rusia, Ukraina dan Yunani kembali mengalami kenaikan kasus seperti di awal pandemi.
Saat ini, Eropa Timur memiliki tingkat vaksinasi terendah di kawasan itu. Separuh dari infeksi baru dunia berasal dari Eropa yang angkanya mencapai 1 juta kasus baru setiap empat hari.
Beberapa wilayah di Rusia, sejak minggu ini memberlakukan pembatasan tambahan atau memperpanjang penutupan tempat kerja untuk memerangi lonjakan kasus Covid-19 karena negara itu mencatat kematian akibat penyakit tersebut.
Saat ini, lebih dari setengah populasi dunia belum menerima satu pun dosis vaksin Covid-19, menurut Our World in Data. Sementara di negara berpenghasilan rendah kurang dari 5 persen penduduknya baru menerima suntikan dosis pertama.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok bantuan lainnya bulan lalu mengimbau para pemimpin 20 ekonomi terbesar dunia untuk mendanai rencana 23,4 miliar dolar AS untuk membawa vaksin, tes, dan obat-obatan Covid-19 ke negara-negara miskin dalam 12 bulan mendatang.