MATA INDONESIA, JENEWA – Kepala badan pengawas atom PBB, Rafael Grossi memperingatkan bahwa jika diplomasi nuklir dengan Iran menemui kegagalan, maka Timur Tengah berpotensi menghadapi skenario yang mirip dengan Korea Utara.
Sebagai catatan, agen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) diusir dari Pyongyang tahun 2009 dan sekarang negara yang dipimpin oleh Presiden Kim Jong Un itu diyakini memiliki puluhan senjata nuklir.
“Kasus (Korea Utara) harus mengingatkan kita tentang apa yang mungkin terjadi jika upaya diplomatik salah,” Direktur Jenderal IAEA mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NBC News.
“Ini adalah contoh yang jelas, ini adalah indikasi. Jika diplomasi gagal, Anda mungkin dihadapkan pada situasi yang akan memiliki dampak politik yang sangat besar di Timur Tengah dan sekitarnya,” tambahnya.
Program pemantauan IAEA di Iran tidak lagi utuh setelah Teheran menolak untuk memperbaiki kamera di fasilitas nuklir, kata Grossi, menambahkan bahwa pengawas PBB mungkin tidak dapat merekonstruksi gambaran mengenai apa yang dilakukan Iran.
Iran mengatakan pada September bahwa pihaknya menolak untuk memberikan IAEA akses ke kamera pengintai di fasilitas nuklir Iran. Grossi juga menekankan bahwa dia tidak dapat menjalin komunikasi langsung dengan pemerintah Iran sejak Ebrahim Raisi menjabat sebagai Presiden Iran.
Para ahli percaya Raisi telah menunjuk pejabat pemerintah untuk menekan Amerika Serikat (AS) agar membuat konsesi yang menguntungkan Teheran dalam pembicaraan mengenai menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang ditinggalkan.
Pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir yang ditarik oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018 telah terhenti di bawah Raisi. Sementara Washington telah berulang kali menyatakan bahwa kesabarannya menipis dan mengancam Rencana B yang ambigu jika diplomasi gagal.
“Saya belum pernah berbicara dengan menteri luar negeri yang baru. Saya berharap dapat memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya segera karena itu sangat penting … jadi ketika ada masalah, ketika ada kesalahpahaman, ketika ada ketidaksepakatan, kita bisa membicarakannya. Saya dulu memilikinya, dan saya akan menganggapnya sebagai hal yang normal,” tuturnya.