MATA INDONESIA, GROZNY – Presiden Chechnya, Ramzan Kadyrov mengatakan bahwa penangkapan Afghanistan oleh Taliban adalah penipuan Amerika Serikat (AS) lainnya terhadap kaum muslim. Menurutnya, kelompok teroris itu dikendalikan oleh Washington.
Berbicara di video yang diposting oleh salah satu putranya, Adam Kadyrov, Presiden Chechnya itu mendesak semua orang untuk waspada akan tipu daya Paman Sam.
“Amerika telah datang dengan penipuan lain terhadap Muslim. Mereka mengatakan mereka tidak akan pernah keluar dari (Afghanistan), dan sekarang mereka telah meninggalkan semua orang dan melarikan diri,” kata Kadyrov.
“Bayangkan, selama beberapa dekade, orang-orang sekarat di sana. Lima tahun lalu, sudah ada lebih dari dua juta warga sipil yang terbunuh!” sambungnya melansir Live Tube TV, Rabu, 18 Agustus 2021.
Menurut pemimpin Chechnya itu, Taliban adalah proyek AS dan tidak bisa dipercaya. Dia membandingkan kelompok itu dengan Bin Laden, mantan pemimpin Al-Qaeda, yang didanai Washington dalam perang melawan Uni Soviet tahun 1980-an.
“Jadi kita, dan negara-negara sekutu kita, perlu memperkuat perbatasan kita, bersiap untuk yang terburuk,” lanjutnya, mencatat bahwa orang-orang Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan, dan Turkmenistan harus mempertahankan perbatasan mereka dengan baik.
“Itu tidak masalah bagi kami. Kami akan menghentikan siapa pun yang mengancam negara kami, kedaulatan kami, dan rakyat kami,” tegas presiden berusia 44 tahun itu.
Situasi di Afghanistan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menyusul keputusan AS untuk menarik pasukannya dari negara itu. Pada Minggu (15/8), militan dari Taliban memasuki ibukota Afghanistan, Kabul dan menyatakan bahwa mereka telah menguasai seluruh negara, termasuk semua kota besar dan pos pemeriksaan perbatasan.
Pada hari yang sama, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani meninggalkan negara itu. Ghani menjadi presiden Afghanistan pada September 2014, menandai pertama kalinya dalam sejarah negara itu kekuasaan dialihkan secara demokratis.
Sejak pemilihannya, Ghani telah menikmati hubungan dekat dengan AS, yang telah memompa hampir 1 triliun USD ke negara itu. Menurut sebuah studi tahun 2019 oleh Brown University, Washington telah menghabiskan sekitar 978 miliar USD di Afghanistan dan Pakistan sejak invasi tahun 2001.